Fragmen satu
Pagi-pagi sekali. Gaun merah marun itu dipasangkan ke tubuh mungilku. Bedak merek bunga mawar diusapkan asal di seputar pipiku. Rambut lebatku yang ikal diikat dengan karet gelang.
Sepiring nasi dingin dengan lauk krupuk dan kecap sisa tadi malam dipaksa masuk ke rongga mulutku.
"Bergegaslah! Ibu tak ingin ketinggalan kereta."
Ibu. Diam-diam saat itu aku memandangi wajahmu.
Fragmen dua
Siang yang terik. Kaki-kaki mungilku berkejaran dengan langkah terburu Ibu. Debu jalanan kota tidak hanya memedihkan kedua bola mata. Tapi juga mengundang dahaga. Meski begitu aku tidak berani mengatakan apa-apa. Aku tahu, saat ini Ibu enggan diajak bicara.
Ibu. Tidakkah engkau merasa bahwa kedua kaki kecilku ini sudah lelah?
Fragmen tiga
Langkah terhenti. Dua orang perempuan tak kukenal menghampiri. Bicara sebentar dengan Ibu. Lalu salah satu dari mereka menyerahkan sesuatu. Uang? Entahlah. Aku tidak paham.
"Aku harus pergi!" suara Ibu mengagetkanku.Â