Mohon tunggu...
Elen Frisco Ardian Nugroho
Elen Frisco Ardian Nugroho Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hallo perkenalkan nama saya Elen Frisco Ardian Nugroho, saya seorang mahasiswa teknik industri

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Mengapa Mixue Dapat Berkembang Begitu Cepat? Ternyata Ini Rahasia Strategi Bisnis Mixue

26 Januari 2023   23:15 Diperbarui: 27 Januari 2023   11:33 4941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antrian Mixue yang panjang (instagram/mixueindonesia)

Belakangan ini sering sekali kita mendengar kata Mixue yang sedang menjadi perbincangan hangat bagi banyak orang di kalangan masyarakat, maupun di social media. Sebenarnya apa sih Mixue itu sendiri ? Mixue adalah sebuah perusahaan waralaba yang berasal dari China yang menjual berbagai produk es krim dan bubble tea atau yang sering disebut (boba). 

Perusahaan ini pertama kali didirikan pada tahun 1997 di Tiongkok oleh seseorang yang bernama Zhang Hongchao dengan nama Mixue Bingcheng atau Mixue Ice Cream & Tea. Pada mulanya Zhang Hongchao memulai bisnis Mixue dengan modal awal hanya sebesar 4.000 Yuan atau sekitar 8 juta rupiah dan produk yang di jual pada saat itu hanya es serut, ice cream, dan smoothie. Singkat waktu bisnis Zhang Hongchao ini tutup, dikarenakan tidak ada yang membeli es krim pada musim dingin yang mengakibatkan penjualan menurun, sehingga mau tidak mau bisnis tersebut ditutup. Tetapi, Zhang Hongchao tidak menyerah kala itu dan akhirnya Zhang Hongchao membuka kembali toko es krim tersebut dengan nama baru yaitu Mixue Bingcheng (MXBC) dan saat itu Zhang Hongchao sangat gigih untuk merintis bisnisnya ini. Hingga pada tahun 2006 akhirnya bisnisnya dapat diterima oleh masyarakat disana dan tidak ketergantungan lagi oleh musim.

Kemudian pada tahun 2008 diselenggarakannya Olimpiade Beijing, pada saat itu juga di China sedang populer yaitu es krim cone dan membuat harga es krim kebanyakan menjadi naik 5x lipat. Akhirnya, Zhang Hongchao melihat adanya peluang bisnis yang besar dan Zhang Hongchao segera menciptakan formula untuk bisnisnya yaitu dengan menjual es krim cone yang serupa pada saat itu dengan harga yang sangat murah hanya 2 Yuan, dibandingkan kompetitornya yang sedang menaikan harga untuk produk es krimnya sampai 20 Yuan untuk satu es krim cone. Pada akhirnya, bisnisnya Zhang Hongchao yaitu Mixue Bingcheng berkembang dengan pesat yang menjadikan awal suksesnya perusahaan Mixue Bingcheng. Setelah suksesnya Mixue di China dan merubah bisnis modelnya menjadi bisnis waralaba pada tahun berikutnya. Pada tahun 2007 hingga 2008 setelah mengganti bisnis modelnya, gerai Mixue ini seiringnya berjalan waktu makin bertambah banyak di China dan memulai ekspansi ke berbagai negara. Oleh karena itulah Mixue menjadi digandrungi oleh masyarakat Indonesia, dikarenakan harganya yang murah dan rasa yang enak.

Gerai Mixue (kompas.com)
Gerai Mixue (kompas.com)

Setelah Mixue sukses di negerinya sendiri. Mixue tanpa lama-lama langsung meluaskan bisnisnya (ekspansi) secara besar-besaran ke berbagai negara yaitu seperti Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, dan salah satunya Indonesia. Mengapa Indonesia menjadi pusat perhatian perusahaan sebesar Mixue? Dikarenakan negara Indonesia menjadi salah satu negara yang mempunyai penikmat bubble tea yang besar dan juga Indonesia menjadi pasar minuman boba terbesar di Asia Tenggara yaitu sebesar Rp 24 triliun per-tahunnya, dalam persentasenya sampai 43,7% di Asia tenggara. 

Oleh sebab itu, tanpa pikir panjang Mixue melakukan ekspansi di negara Indonesia pertama kali pada tahun 2020 di Jawa Barat lebih tepatnya di Bandung, hingga saat ini Mixue mempunyai 692 gerai Mixue di seluruh Indonesia. Gerai Mixue terbanyak di Indonesia berada di Jawa Barat sebanyak 189 gerai, selanjutnya Jawa Timur sebanyak 114 dan Jawa Tengah sebanyak 113.

Gudang logistik (Union logistics)
Gudang logistik (Union logistics)

Fenomena Mixue yang berkembang cepat tentu membuat kita bertanya-tanya, bagaimana Mixue bisa berkembang dan apa saja rahasia strategi yang membuat sukses bisnis Mixue ini ? Yuk simak 4 strategi berbisnis yang digunakan Mixue berikut ini.

  • Menguasai rantai pasok dan logistik sendiri

Strategi Mixue yaitu berinovasi pada rantai pasok. Pada tahun 2012, Mixue membangun pabrik secara terpusat untuk bahan baku dan lainnya. Mixue melakukan ini, karena memiliki tujuan untuk menguasai rantai pasok dan mencapai swasembada. Pada tahun 2014 juga Mixue membangun pusat logistik yang diperuntukan untuk memasok bahan baku ke seluruh gerai Mixue yang ada, dengan ongkos kirim yang gratis. Oleh karena adanya pusat pabrik dan pusat logistik membuat harga Mixue menjadi lebih murah 20% dibanding kompetitor lainnya.

  • Menggunakan model bisnis waralaba (franchise) dan Horizontal sales (Numeric distribution)

Zhang Hongchao mengubah model bisnisnya menjadi model bisnis waralaba, satu tahun setelah Mixue cukup sukses di China. Dengan adanya perubah model bisnis ini, ternyata memiliki dampak yang cukup baik bagi Mixue sendiri, dikarenakan model bisnis ini dapat mengembangkan pasar yang sangat besar. Mixue sendiri menawarkan jaringan walaraba yang cepat dan murah, sehingga membuat banyak pebisnis tertarik akan hal itu dan Mixue pun dapat memastikan mitra dapat balik modal dengan waktu yang cukup relatif cepat. Harga untuk bermitra dengan Mixue sekitar Rp 700 juta sampai dengan Rp 800 juta.

Selain Mixue menggunakan strategi model bisnis waralaba, Mixue juga menggunakan strategi metode Horizontal sales (Numeric distribution). Strategi Horizontal sales (Numeric distribution) ini berfokus pada volume atau banyaknya outlet maka akan berakibat naiknya penjualan dan juga model bisnis waralaba ini akan menguntungkan bila semakin banyak orang yang ikut bermitra dengan Mixue. Strategi ini juga menawarkan banyak hal positif yang membuat rantai pasok, produksi bahan, dan pergudangan (logistik) menjadi efisien dalam hal waktu maupun biaya.

  • Harga terjangkau

Menu yang ditawarkan Mixue dibanderol dari Rp 8.000 hingga Rp 22.000 maka dapat disimpulkan produk Mixue dibanderol dengan harga yang terjangkau. Sehingga membuat semua kalangan dapat mencoba produk Mixue dari es krim sampai produk lainnya yaitu seperti smoothies dan juga Bubble tea lainnya. Meskipun harga yang diberikan cukup relatif murah, tetapi bahan yang digunakan adalah bahan yang berkualitas. Oleh sebab itu Mixue banyak digandrungi masyarakat Indonesia.

  • Strategi pemasaran (Fear of Missing Out)

Demikian, Mixue juga tidak membutuhkan biaya cukup besar untuk hanya melakukan promosi besar-besaran. Dikarenakan, banyaknya influencer dan selebgram pada social media yang menyebarluaskan tentang es krim Mixue dan memberikan ulasan yang positif. Sehingga menyebabkan banyak orang penasaran dan ingin mencoba dan juga takut tertinggal dengan tren. Nama strategi pemasaran ini yaitu Fear of Missing Out  yang sering disebut FOMO, sehingga Mixue tidak membutuhkan promosi atau iklan.

 Zhang Hongchao pendiri Mixue (IDN.Times)
 Zhang Hongchao pendiri Mixue (IDN.Times)

Berkat berbagai aspek tersebut, Mixue berhasil menjadi salah satu perusahaan waralaba asing yang memiliki pertumbuhan yang cepat dan juga mampu menarik perhatian masyarakat Indonesia untuk membeli produk dari Mixue. Meskipun Mixue sekarang menjadi perusahaan yang sangat besar dan memiliki pendapatan yang besar juga, akan tetapi Mixue juga dibayang-bayangi ketakutan akan sebuah tantangan yang besar di masa mendatang yang berkaitan dengan strategi yang diterapkan oleh Mixue sendiri yaitu metode Horizontal Sales (Numeric Distribution) yang mengatakan semakin banyak outlet maka akan berakibat naiknya penjualan dan juga model bisnis waralaba ini akan menguntungkan bila semakin banyak orang yang ikut bermitra dengan Mixue, akan tetapi kedua strategi ini seperti pedang bermata dua, di satu sisi strategi ini memiliki dampak yang cukup baik bagi reputasi dan brand awareness untuk Mixue sendiri di lain hal strategi ini juga dapat menghancurkan Mixue itu sendiri. 

Permasalahan yang akan timbul dan persaingan Mixue akan semakin susah, tidak hanya dengan kompetitor, melainkan sesama gerai Mixue lainnya. Dikarenakan strategi tersebut dapat menimbulkan banyaknya masalah, seperti banyaknya gerai Mixue dimana-mana dan di beberapa lokasi terlihat saling berdekatan yang menimbulkan dampak backfire effect yang artinya gerai Mixue yang berdekatan akan berlomba-lomba mendapatkan konsumen  dengan gerai yang satu dan gerai lainnya dan menimbulkan dampak baru lagi yaitu, yang pertama kanibalisme effect yaitu terjadinya penyusutan pemasukan  terhadap setiap gerai Mixue, yang kedua orang yang bermitra dengan Mixue akan menjadi sedikit, yang ketiga dampaknya adalah merusak sistem atau siklus bisnis Mixue itu sendiri.

Jika, Mixue tidak mempertimbangkan kembali untuk mengubah metode pemasaran dan strateginya, maka penjualan akan turun di setiap gerai dan orang-orang tidak lagi penasaran dengan Mixue, dikarenakan keberadaan gerai Mixue yang semakin mencolok di tempat publik, sehingga membuat pelanggan menjadi jenuh. Oleh karena itu Mixue harus selalu berinovasi dan mengevaluasi agar dapat bertahan di kerasnya dunia berbisnis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun