Berdasarkan data pantauan BPS (Badan Pusat Statistik), pada periode Januari hingga September 2019 ekspor minyak sawit Indonesia ke Uni Eropa mengalami penurunan yang cukup signifikan. Dibandingkan tahun sebelumnya ekspor ke Uni Eropa turun sebesar 11,87% atau menjadi 3,29 juta ton. Pada tahun 2020, negara-negara Uni Eropa harus memastikan bahwa setidaknya 10% bahan bakar transportasi mereka berasal dari sumber terbarukan dengan cara yang ramah lingkungan.
Jadi pada dasarnya, Uni Eropa mempunyai rencana untuk menggunakan biodiesel dari makanan dan tanaman pangan lainnya untuk membantu mengurangi perubahan iklim. Selain akan mempengaruhi tingkat produksi ekspor minyak sawit Indonesia. Ini tentu saja akan berpengaruh terhadap neraca perdagangan, kinerja PDB negara, dan juga tentunya sangat berdampak pada ketenagakerjaan. Hal itu dikarenakan, dengan besar dan semakin banyaknya industri produksi kelapa sawit di Indonesia tentu saja akan membuka peluang lapangan pekerjaan.
Dengan diberlakukannya minyak sawit secara diskriminatif oleh Uni Eropa, ini berarti Indonesia akan kehilangan pasarnya di sana. Hal ini menyebabkan keterlebihan pasokan minyak sawit global. Melimpahnya minyak sawit tidak diragukan lagi akan menekan harga minyak sawit. Kita dapat selama dua tahun terakhir harga minyak sawit mengalami kejatuhan. Penurunan harga diperkirakan akan semakin parah di masa depan.
Sebagaimana mestinya, Indonesia telah mengajukan gugatan untuk mengatasi dan membantah isu yang diangkat oleh Uni Eropa terkait pembatasan minyak sawit. Berikut adalah beberapa klaim pemerintah Indonesia yang menyangkal kampanye hitam Uni Eropa:
- Emisi gas rumah terbesar di dunia adalah gas karbon dioksida, yang menyumbang 92% dari seluruh gas rumah kaca global.
- Negara-negara dengan emisi gas rumah kaca global tertinggi adalah Cina, Amerika Serikat, Brazil, Uni Eropa, India, dan Argentina.
- Secara global sektor emisi CO2 terbesar adalah konsumsi energi/bahan bakar fosil. Sektor ini telah menyumbangkan sebanyak 56% dari total konsumsi. Sedangkan pengembangan lahan hanya menyumbang 12,2%.
- Sedangkan untuk negara-negara dengan penyumbang emisi BBF (Bahan Bakar Fosil ) terbesar global adalah Tiongkok, Amerika Serikat, Jepang, India, Rusia, Jerman, KorSel, Iran, Inggris dan  Kanada.
- Deforestasi terjadi di negara-negara dengan hutan non-tropis, sedangkan reforestasi lebih mungkin terjadi di negara-negara dengan hutan tropis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H