Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Petani - Serabutan

Ikuti kata hati. Itu saja...!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Reshuffle Kabinet Jokowi Potensial Ciptakan Matahari Kembar

23 Desember 2020   23:24 Diperbarui: 23 Desember 2020   23:26 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


POLITIK itu cair, politik itu dinamis memang benar adanya. Paling tidak hal ini terjadi di dunia perpolitikan tanah air. Lawan bisa jadi kawan, pun sebaliknya kawan pun bisa jadi lawan. Bukti tersebut baru saja kita saksikan bersama hari ini, Rabu (23/12).

Kurang lebih dua tahun lalu dunia politik tanah air terjadi persaingan sengit memperebutkan kursi kepemimpinan nasional, antara kubu Jokowi-Ma'ruf Amin versus Prabowo-Sandiaga Uno. Persaingan yang dimenangkan pasangan petahana ini hampir mampu memecah persatuan dan kesatuan bangsa. Namun, yang terjadi sekarang sungguh diluar dugaan. Prabowo-Sandi malah bergabung dengan dengan pemerintah sebagai menteri. 

Prabowo Subianto lebih dulu masuk dalam Kabinet Indonesia Maju (KIM) tak lama setelah pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin dilantik sebagai presiden dan wakil presiden. Tepatnya bulan Oktober 2019. Eh, setahun lebih kemudian, Sandiaga Uno pun menyusul. Dia dipercaya sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 

Pro kontra atas bergabungnya Prabowo-Sandi tak terelakan. Ada yang menilai, bergabungnya dua mantan rival Jokowi-Ma'ruf Amin ini sebagai hal positif. Karena hal tersebut bisa menjadikan rekonsiliasi politik nasional diantara kedua kubu makin paripurna. Bentuk-bentuk polarisasi politik diharapkan tak terulang. 

Sementara, nada kekecewaan atas bergabungnya Prabowo-Sandi dalam Kabinet Jokowi datang dari politisi Partai Nasdem, Irma Suryani Chaniago. Komisaris Pelindo I ini menyayangkan mantan pesaing Jokowi-Ma'ruf Amin tersebut masuk ke dalam kabinet. 

"Bukan tidak setuju, kalau capres dan cawapres lawan dua-duanya masuk kabinet. Untuk apa ada pilpres kemarin yang hampir saja membelah Indonesia," ungkapnya, Selasa (22/12). Dikutip dari RiauPos.co. 

Lepas dari segala persepsi publik, kenyataannya Prabowo-Sandi sudah nangkring di jajaran Kabinet Indonesia Maju. Tinggal berharap saja keduanya, terutama Sandi yang baru masuk kabinet mampu menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik. Dan, bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat tanah air. 

Matahari Kembar 

Sedikit menyimpang dari riuhnya reshuffle dan tugas pokok kedua mantan pesaing Jokowi-Ma'ruf Amin ini sebagai menteri. Pada kesempatan ini, penulis hendak menelisik peta "persaingan" Prabowo-Sandi menuju Pilpres 2024. 

Wah, terlalu jauh? Bisa jadi. Namun, seperti disinggung pada awal tulisan bahwa dunia politik Indonesia itu cair dan dinamis. Segalanya bisa saja terjadi. Termasuk adanya persaingan Prabowo dengan Sandi, meski keduanya sama-sama dari partai politik yang sama. Partai Gerindra. 

Menjadi rahasia umum, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto digadang-gadang bakal maju pada kontestasi Pilpres 2024. Bukti-bukti ke arah itu sudah tampak. Dia mendapat dukungan penuh dari seluruh kader partainya. Selain itu, mantan Danjen Kopasus ini juga diwacanakan bakal bersanding dengan "putri mahkota" PDI Perjuangan, Puan Maharani. 

Fakta lain yang menguatkan Prabowo bakal kembali maju Pilpres juga diamini oleh hampir semua pengamat politisi dan lembaga survei. Buktinya, seluruh lembaga ini selalu menyertakan nama Prabowo dalam setiap jejak pendapatnya. Dan, kebetulan tingkat kepercayaan publik terhadap Ketua Umum Partai Gerindra ini selalu paling tinggi diantara kandidat lainnya. Hanya Ganjar Pranowo dalam beberapa kesempatan mampu menyalipnya di posisi puncak. 

Meski begitu, di Partai Gerindra, Prabowo Subianto bukan satu-satunya yang diperkirakan bakal maju Pilpres 2024. Ada nama Sandiaga Uno yang juga digadang-gadang memiliki syahwat politik serupa. Apalagi keduanya berpengalaman pada ajang pilpres. 

Hanya saja, dibanding Prabowo, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini masih kalah bersaing. Sandi hanya menjadi anak buah mantan menantu Presiden Soeharto tersebut dan juga kalah dalam hal raihan angka elektabilitas. Tapi, itu terjadi dari hari ini ke belakang. Untuk kedepannya situasi bisa saja berubah. 

Sebagai ketua umum partai dan sosok yang pernah tiga kali terlibat langsung pada kontestasi pilpres, wajar bila Prabowo lebih unggul dibanding Sandi. Belum lagi, Lebih dari setahun ini dia memiliki panggung politik tambahan sebagai Menhan. 

Namun, merujuk pada peristiwa politik dalam beberapa waktu terakhir, situasi Prabowo cukup terancam elektabilitasnya. Tertangkapnya Edhy yang disebut-sebut sebagai "tangan kanan" Prabowo salah satu yang menurut analisa beberapa pengamat politik tanah air akan cukup menggerus tingkat kepercayaan publik terhadapnya. 

Hal ini diperparah dengan sikap politik Partai Gerindra yang tidak jelas terkait kasus Habib Rizieq dengan FPI-nya. Prabowo sebagai ketua umum partai dan bagian dari pemerintah sama sekali tidak mampu menunjukan kapasitas dirinya. Dia hanya bisa diam. Sementara di sisi lain, ada beberapa kadernya justru jor-joran membela FPI. 

Sikap ini jelas sangat membingungkan publik. Sehingga muncul tudingan bahwa Prabowo dan Partai Gerindra bermain politik dua kaki. Sayangnya, mayoritas tanah air saat ini sudah jengah terhadap tingkah-laku FPI dengan kelompoknya. Bila perilaku kadernya yang begitu membela Habib Rizieq dan koleganya jadi patokan, maka dampak buruknya bakal mengarah pada Prabowo sendiri sebagai pimpinan partai. 

Pada lain sisi, keuntungan justru mengarah pada Sandiaga Uno. Sebelum masuk Kabinet Jokowi, elektabilitasnya cukup lumayan. Dia berada di jajaran tengah. Tapi, masih bisa unggul dari Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono. 

Selain itu, kalaupun ada kekecewaan publik terhadap Partai Gerindra atas tertangkapnya Edhy Prabowo dan sikap politik dua kakinya tidak akan begitu berpengaruh bagi Sandi. Dia bukan pucuk pimpinan partai. 

Keuntungan ini bila bisa dikombinasikan Sandi dengan prestasi kerjanya di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, bukan mustahil mampu mendongkrak elektabilitas pengusaha muda nasional ini lebih tinggi. 

Bukan mustahil, saat elektabilitas Sandi meningkat karena mampu memanfaatkan posisi menteri sebagai panggung politik dan ajang promosi diri, sementara dilain pihak Prabowo justeru merosot dengan alasan yang disebutkan tadi. Maka, kemungkinan besar elektabilitas Sandi dan Prabowo Subianto akan bersaing ketat. Dan, ini artinya di Partai Gerindra akan tercipta matahari kembar. 

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun