Seperti halnya saat ramai diperbincangkan akan diangkat menjadi Komisaris Utama (Komut) Pertamina, begitu kuatnya penolakan terhadap mantan Gubernur DKI Jakarta ini menduduki jabatan tersebut.Â
Walau akhirnya bisa kita saksikan bersama, Ahok tetap melenggang mulus menuju kursi Komut perusahaan bidang perminyakan milik negara dimaksud.
Pun dengan adanya desas-desus pengangkatan Ahok jadi pimpinan di ibu kota baru, pro kontra dipastikan akan memanaskan konstalasi politik tanah air. Terutama bagi pihak-pihak anti Ahok akan terus berusaha "menjatuhkan" dengan argumen atau narasi-narasinya.
Tapi, kita kesampingkan dulu kemungkinan adanya pro kontra. Toh, hal ini adalah hal wajar di iklim demokrasi seperti sekarang. Lebih baik penulis coba mengulik dan berhipotesa kepantasan Ahok seandainya jadi pemimpin di ibu kota baru.
Menurut hemat penulis, jika Ahok dijadikan pimpinan di ibu kota baru boleh jadi tepat. Bagaimanapun, dia memiliki segudang pengalaman dalam memimpin suatu wilayah atau daerah.
Sebelum menjadi Gubernur DKI Jakarta, Ahok pun pernah menjabat sebagai Bupati Belitung Timur. Tentu saja dengan pengalamannya ini, rasanya Ahok tidak akan menemui kesulitan berarti jika dipercaya sebagai pimpinan di ibu kota baru.
Terlebih dalam pandangan penulis, Ahok memiliki kriteria dan gaya kepemimpinan yang sudah tidak bisa diragukan lagi kapasitasnya.
Ahok adalah tipikal pemimpin yang tidak segan meluapkan amarahnya jika menemukan hal-hal yang dianggapnya tidak beres  terhadap sisten atau kinerja anak buahnya. Marah di sini tentunya hanya semata-mata untuk menegakan disiplin kerja.
Selain itu, sosoknya yang relatip bersih dari isu korupsi membuat Ahok berani tegas terhadap siapapun, tanpa takut ada intervensi atau "ancaman" dari pihak manapun termasuk APH (aparat penegak hukum).
Terus lagi, Ahok juga dinilai sebagai pimpinan yang selalu berani transfaran. Terbukti, saat masih menjabat Gubernur DKI, dia berani membuka akses untuk publik agar bisa melihat pengelolaan keuangan lewat e-Budgeting yang belakangan kata Anies Baswedan dianggap tidak smart.
Dengan tiga kelebihan yang dimiliki Ahok dalam memimpin, bukan niscaya menjadi alasan Jokowi untuk memilihnya sebagai pimpinan ibu kota baru nantinya.