Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Rencana Tambah 6 Wamen, Awas Seperti Satia Putra dan Arya!

11 November 2019   10:23 Diperbarui: 11 November 2019   10:26 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KEPALA Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko menyebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) berencana akan menambah enam wakil menteri (Wamen) lagi untuk membantu tugas-tugas pemerintah, Sabtu (09/11/2019). Meski begitu, masih belum jelas, pos kementrian mana saja yang akan ditambah.

Jika pernyataan Moeldoko ini akhirnya terbukti, berarti jumlah  total wamen yang berada di Kabinet Indonesia Maju (KIM) menjadi 18 orang atau menjadi 56 orang jika ditotal dengan jumlah menteri dan jabatan setingkat menteri.

Kembali pada rencana penambahan enam wamen. Dipastikan, jumlah tersebut sangat jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah wamen pada masa pemerintahan Jokowi periode pertama. Waktu itu, jumlah wamen hanya berjumlah tiga orang. Masing-masing adalah Arcandra Tahar sebagi Wamen Energi Sumber Daya Mineral, Abdurrachman Mohamad Tachir sebagai Wamen Luar Negeri dan Mardiasmo sebagai Wamen Keuangan. Ini artinya, kabinet Jokowi jilid II yang sudah dianggap gemuk oleh berbagai kalangan akan menjadi lebih obesitas.

Bicara obesitas, penulis jadi ingat terhadap seorang bocah umur tujuh tahun asal Kabupaten Karawang, Jawa Barat, yang bernama Satia Putra. Karena badannya makin hari makin bertambah gemuk, menjadikan imun tubuhnya berkurang dan rawan penyakit. Sampai akhirnya, Satia Putra meninggal dunia di usianya yang masih sangat muda.

Jika dianalogikan obesitasnya kabinet Jokowi ini adalah seorang manusia seperti hal nya Satia Putra. Dikhawatirkan, kekuatan atau kondusifitas KIM kian hari malah semakin berkurang. Banyak kemungkinan penyakit yang bakal timbul akibat terlalu gemuknya kabinet. 

Misalnya, terjadi konflik kepentingan diantara para pembantu presiden.
Bagaimanapun, tak sedikit orang-orang parpol yang duduk di kabinet Jokowi. Konflik kepentingan ini akan menjadi bola panas, jika presiden tidak bisa mengelolanya.  Apabila hal ini terus dibiarkan, bukan hal mustahil terjadi keretakan, dan koalisi pun bisa terancam bubar. Benih-benih itu sudah mulai terdiagnosa dengan adanya manuver Nasdem.

Dampak lain dari obesitas adalah boros. K' ners pastinya tahu anak obesitas lain yang bernama Arya. Sebelum mendapatkan perawatan medis, Arya terkenal dengan makannya yang super jumbo. Sekali makan saja tidak cukup dengan dua piring nasi. Nah, sama halnya dengan Arya, kabinet Jokowi yang sudah terbentuk pun diyakini akan menggembosi anggaran yang tidak sedikit.

Akan banyak pos keuangan yang harus dikucurkan untuk menggaji para pembantu presiden tersebut. Belum lagi anggaran-anggaran lainnya yang otomatis harus disediakan. Semisal fasilitas kantor maupun pribadi. Apalagi, jika ditambah enam wamen, pastinya akan lebih menggerogoti anggaran pemerintah.

Hal ini jelas bertolak belakang dengan janji Jokowi tentang wacana perampingan birokrasi dan efisiensi anggaran. Masih mending kalau obesitasnya kabinet Jokowi ini benar-benar berdasarkan kebutuhan mendesak untuk lebih memperlancar dan upaya percepatan program-program kerja, agar segera dirasakan manfaatnya oleh rakyat.

Tapi, apa jadinya jika obesitas Kabinet Indonesia Maju hanya untuk mengakomodir kepentingan parpol pendukung. Seperti diketahui, masih ada beberapa parpol yang masih belum kebagian jatah kursi di kabinet Jokowi, yaitu PKPI, Hanura bahkan PBB.

Jika penambahan enam menteri tersebut nyatanya untuk mengakomodir kepentingan parpol, maka dugaan banyak pihak bahwa Jokowi tersandera oleh kepentingan parpol semakin mendekati kenyataan. Pernyataan " tanpa beban" yang pernah diungkapkannya seolah ingin menutupi kelemahan dirinya di hadapan masyarakat, agar kepercayaan publik terhadap Jokowi tetap terjaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun