Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Preman Kampung

26 September 2019   17:15 Diperbarui: 27 September 2019   15:25 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DI SEBUAH kampung yang jauh dari hiruk pikuk kota, tinggalah Cong Lee, seorang laki-laki keturunan Tionghoa, berusia 30 tahun. Perawakannya tegap, otot-ototnya masih sangat kekar. 

Maklum, Cong Lee, adalah seorang preman di kampung itu. Tak ada satu orang pun yang berani melawannya, termasuk tetua kampung. Tak aneh, tabiat Cong Lee makin jumawa. Karena merasa, dialah orang paling jago di kampung itu.

Karena sifat jumawanya, kerap kali Cong Lee bersikap semena-mena. Dia hajar siapa saja yang berani mengusiknya. Pernah suatu hari, Cong Lee sedang asik main judi di kampung sebelah. Tiba-tiba, seorang anak tetua kampung di sana menegurnya. 

Orang-orang yang ditegur anak tetua itu langsung menurut, bahkan ada yang langsung lari terbirit-birit. Karena takut dan malu sama si anak tetua. Tapi, tidak dengan Cong Lee. Pria jumawa ini malah membentak dan menghajar si pemuda hingga babak belur. Tak ada yang berani melerai kejadian tersebut, karena takut kena imbasnya.

Tak hanya berjudi, Cong Lee pun doyan main perempuan. Hampir setiap hari dia pergi ke warung remang-remang yang ada tak jauh dari kampungnya. Namun, setiap kali main perempuan atau mengambil barang dagangan pun tak pernah mau bayar. Lagi-lagi tak ada seorang pun berani menegur.

Sore itu, Cong Lee tampak sedang duduk di depan rumahnya. Seperti biasa, segelas kopi dan sebungkus roko kretek sudah menjadi ritual wajib setiap nongkrong di depan rumah. 

Ketika hendak menyeruput kopi panasnya, tiba-tiba ada yang mengucapkan salam. Merasa terganggu dengan ucapan salam tersebut, Cong Lee tak terima dan langsung membentak si pemberi salam, yang ternyata seorang kakek renta.

"Hey, ngapain kamu tua bangka?, ganggu kesenangan orang saja. Sana, pergi!" Usir Cong Lee pada si kakek renta. Si kakek hanya tersenyum, tak tampak jerih sedikitpun di raut wajahnya.

"He ... he, anak muda, jangan suka marah-marah seperti itu..! Nanti cepat tua."

"Eh, dasar orang tua tidak tahu adat, disuruh pergi malah ngatain. Nantang, ya kamu? Nih, kenalin, si Cong Lee jawara kampung ini!" Ucap Cong Lee, sombong.

"He ... he, apa kamu tidak malu menantang manusia renta seperti aku? Lagi pula, kenapa mesti marah. Aku ke sini datang baik-baik," sahut si kakek, sambil terus terkekeh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun