"Saya Rahmat, ada hal penting yang perlu saya sampaikan. Maaf, posisi mas dimana?" Jawab seseorang yang mengaku Rahmat ini.
"Saya lagi di Kedai Sultan pak....!"
"Baiklah, saya ke sana sekarang..!" Kata Rahmat.
"Oke"
Sambil meneruskan minum kopi, hati Tino menduga-duga maksud Rahmat. Karena dia tidak pernah mengenalnya. Selang 40 menit kemudian, Rahmat sampai di Kedai Sultan dan langsung bergabung di meja Tino.
"Maaf, kalau boleh saya tahu, apa maksud kedatangan pak Rahmat?" Tanya Tino, tanpa banyak basa-basi.
Rahmat menjelaskan, bahwa ia mewakili ayahnya, seorang pengusaha Galian C (usaha eksploitasi pengerukan pasir), membujuk Tino untuk tidak menulis berita tentang pelanggaran perusahaan ayahnya, yang tak mengantongi izin dari pemerintah daerah.
"Jadi saya mohon pengertian mas Tino dan bisa bekerja sama dengan saya. Apapun permintaan mas, pasti saya kabulkan...!" Bujuk Rahmat, sambil memelas.
Tino bergeming, tetap pada pendiriannya. Tekadnya sudah bulat, membongkar kecurangan perusahaan ayah Rahmat, yang diduga kuat melibatkan pejabat negara.
"Saudara tahu, apa yang telah dilakukan ayah saudara itu merugikan keuangan pemerintah. Tak ada pajak masuk, karena usaha ayah saudara ilegal. Tak hanya itu, masyarakat sekitar pun dirugikan. Soalnya bekas galian tak di reklamasi kembali. Dan ini mengancam keselamatan penduduk" Jawab Tino tegas.
"Saya tahu mas, tapi tolonglah.." Melas Rahmat lagi, sambil menyodorkan sejumlah uang yang dibungkus amplop.