Mohon tunggu...
Elang Bakhrudin
Elang Bakhrudin Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer and Observer of Community Problems

Likes to share knowledge and experience for community enlightenment

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Etika Da'i Berkemajuan

9 November 2022   12:50 Diperbarui: 9 November 2022   13:03 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Keberadaan da'i memiliki  kedudukan penting di tengah umat,  mereka tidak saja dibutuhkan untuk pencerahan umat  tetapi juga diharapkan menjadi penggerak umat  untuk melakukan  amal usaha  yang membawa kemajuan bagi masyarakatnya. Oleh karena itu yang diperlukan tidak saja da'i-da'i yang ber-etika tetapi juga yang berkemajuan.

Da'i yang beretika adalah dai yang merefleksikan apa yang diajarkan kepada masyarakat sudah tercermin dalam dirinya dalam kehidupan sehari hari. Ia menjadi teladan (uswah) dan ikutan (qudwah). Da'i Berkemajuan adalah yang tidak  sekedar saja maju atau berkembang sendirian tetapi mampu mengajak dan menggerakkan umat agar maju bersama. Maju dari sisi pola pikir dan maju taraf hidupnya. Mengutip dari peryataan Prof.Din Syamsudin seorang tokoh dan mantan ketua umum Muhammadiyah dalam sebuah acara Muktamar Nasyiatul Asyah ke XIII di UMY yang ditulis dalam laman umy.ac.id menyatakan bahwa kata "Berkemajuan" telah identik dengan gerakan Muhammadiyah, sehingga bukan lagi pada taraf teoritis atau konsepsional tetapi sudah pada praksis dan gerakan. Gerakan menurut beliau berada diatas paguyuban dan organisasi. Dai berkemajuan merupakan dai yang mampu menjadi pelopor dan penggerak di masyarakat, bukan menjadi da'i "pengepul" yang sekedar mengkordinir kemudian tidak jelas keberlanjutannya.

Dalam kilasan histori bangsa Indonesia, pendiri ormas besar seperti KH Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyahnya (berdiri 18 nov 1912) dan  KH. Hasyim As'ary melalui NU nya (berdiri 31 Januari 1926) merupaka hadiah terbesar bagi bangsa Indonesia, kedua tokoh ini sudah masuk kateogori dai yang ideal dan bisa menjadi contoh bagi keteladanan umat, meski ada sedikit perbedaan orientasi namun tetap bersama untuk umat.

Karakter dai ber-etika dan berkemajuan sudah tersirat dan tersurat dalam al-Quran, misalnya di al-qur'an ada istilah "sabiuqun bil khaerat" (QS. 35:32) yang diartikan sebagai  tipologi orang yang "lebih dahulu berbuat kebajikan", mereka adalah pelopor-pelopor kebajikan. Tipe ini menjadi pilihan terbaik yang perlu diaplikasikan dalam kehidupan umat khususnya para da'i dari model tipologi lainnya yaitu "dholimun linafsih"(orang yang merugikan diri sendiri), dan kelompok "muqtasyid" (  pertengahan atau tidak sungguh-sungguh dalam amal).

Adalah menjadi relevan ketika warga Muhammadiyah senantiasa mengucapkan kalimat "fastabiqul khaerat" pada obrolan atau pada kalimat-kalimat penutup saat bertugas mengisi acara-acara. Karena arti dari kalimat tersebut adalah berlomba-lomba dalam kebajikan. Kebajikan adalah sesuatu yang mesti dilombakan dalam arti masing-masing kita bersemangat meningkatkan kualitas amal masing-masing. Tidak menunggu perubahan tetapi segera memulai saja dari kebajikan kebajikan kecil yang nantinya akan menjadi kebajikan bersama dan kemudian menjadi kebajikan global.

Bagaimana Etika Da'i Berkemajuan bisa terus diwujudkan? Berikut ini bisa menjadi catatan sebagai kriteria da'i yang ber-etika dan berkemajuan,

  • Berilmu, berwawasan dan bermasyarakat. Substansi dari dakwah adalah kecerdasan dalam mengkomunikasikan pesan-pesan Tuhan. Maka keilmuan dan berwawasan menjadi mutlak harus dimiliki oleh para da'i. Dari wahyu pertama turun saja menjadi isyarat untuk berilmu, "Iqra"bacalah. Membaca adalah jendela ilmu pengetahuan. Dalam satu ayat dikatakan,  "tidak sepatutnya  bagi mukminin itu pergi semuanya (berperang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tip golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengethuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan pada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS.9:122).  Da'i yang berilmu dan berwawasan tentu akan didapat melalui proses pendidikan yang cukup dan pengalaman berorganisasi yang memadai. Sebelum mendapatkan wahyu, rasulullah saw sudah terlibat dalam penyelesaian problem-problem keumatan dan terbukti sukses saat mengatasi kekisruan kaumnya pada momen peletakan batu hazar aswad , ini juga merupaka ibrah bahwa pengalaman itu penting dan suka dikatakan eksperience is the best teacher.
  • Memiliki program yang jelas. Ketika da'i terjun ke masyarakat dituntut untuk memiliki kejelasan fungsi dan kejelasan program jika memang  ingin menjadi da'i-da'i terbaik. Rasulullah saw dan para sahabat dikatakan sebagai umat terbaik karena mereka berdakwah, menyeru kebajikan dan mencegah kemungkaran. Ini artinya langkah-langkah dai yang beretika dan berkemajuan akan memiliki POAC, Palnning Organizing Actuating dan Controling dalam melaksanakan aktivitas dakwahnya.
  • Berorientasi Keummatan. Sebagaimana rasulullah saw telah terbukti tujuannya adalah umat. Maka da'i yang ber-etika dan berkemajuan harus ber-uswah dan ber-qudwah pada beliau dalam dakwah, yaitu mendahulukan kepentingan umum dari kepentingan pribadi, Bukan sebaliknya sebagaimana telah menjadi fenomena sosial  dan juga menjadi problem dakwah. Di mana keberadaan dai-dai yang sungguh banyak ini tidak banyak menunjukkan adanya perubahan signifikan pada masyarakat, yang ada malah justru perubahan pada gaya hidup da'inya. Setelah menerima wahyu untuk berdakwah maka sejak saat itu semua kegiatan rasulullah saw dalam rangka berdakwah untuk mengajak umat menuju kepada keselamatan hidup dunia dan akhirat
  • Berprinsip Keteladanan. Da'i teladan adalah da'i yang bisa dicontoh, sebagaimana rasulullah saw menjadi tauladan bagi umatnya, "sesungguhnya telah ada pada diri rasululalh suri tauladan yang baik bagi orang yang yang berharap ridha Allah, beriman atau berorientasi akhirat dan bagi yang banyak mengingat Allah" (QS.33:21).

Inilah prinsip-prinsip yang dilakukan oleh para sahabat, tabiin,tabiit tabiin,ulama para habaib yang nama-namannya  tercatat dalam sejarah, terbukti mereka meskipun sudah tidak ada namun nama mereka tetap hidup di masyarakat. "jangan katakan mereka itu mati, mereka itu hidup tetapi kamu tidak menyadarinya" (QS.2:154)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun