Mohon tunggu...
Elang Bakhrudin
Elang Bakhrudin Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer and Observer of Community Problems

Likes to share knowledge and experience for community enlightenment

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kebiasaan Berdusta Bisa Terbawa Sampai Akhirat Nanti

31 Oktober 2022   16:25 Diperbarui: 31 Oktober 2022   16:30 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kasus-kasus hukum yang menimpa politisi,  artis dan juga penegak hukum tidak saja memberikan gambaran peliknya persoalan hukum di Indonesia namun juga sedikit jadi "terhibur" sekaligus merenung  jika melihat prilaku tersangka yang mati-matian membela diri dengan cara apapun, sehingga urat malu sudah hilang, tentu  bagi para pengacara semua kasus-kasus adalah bagaikan "pasar  tumpah" sebagai tempat untuk mengais rezeki, urusan salah benar  bagi mereka adalah urusan di pengadilan nanti.

Prilaku tersangka  menjadi menarik untuk dibahas karena banyak jurus dan modus yang dilakukan agar bebas dari jerat-jerat hukum, dari berusaha melarikan diri, menghilngkan barang bukti sampai merekayasa kasus  dan menggaet pengacara-pengaca kondang. Hakim dan Jaksa juga menjadi sasaran jalur lain yang diupayakan untuk dijinakkan demi kepentingan pembebasan kasusnya.

 Apa yang biasa dilakukan manusia pada saat dirinya bersalah? Ini berdasarkan pengamatan psikologis dan sosioantropologis.                                                      

  • Tidak mengakui kesalahan
  • Bersumpah untuk memperkuat penyangkalannya
  • Mencari/merekasaya bukti kalau tindakannya itu tidak salah
  • Meminta seringan-ringannya hukuman

Tidak mengakui kesalahan. Pada mulanya seseorang yang tidak mengakui kesalahan itu ringan saja, namun akhirnya dipastikan akan memberatkan dirinya di kemudian hari. Kalimat "tidak sengaja", "ini gara-gara dia", "suasananya tidak mendukung" atau "tidak ada support dari yang lain dan lain sebagainya adalah bentuk umum yang sebenarnya adalah faktor  egoime yang tidak mau ditiduh bersalah, ia akan selalu  cari "kambing hitam" untuk jadi korban. 

Kebiasaan ini kata kitab suci akan berlanjut sampai akhirat, ketika tiba-tiba kematian datang dan manusia ditanya soal dosanya, "... kami sekali-kali tidak mengerjakan suatu kejahatanpun" diajwab malaikat  'ada'  sesunguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan" (16:28). Kitab suci pun sudah  terlebih dahulu menginformasikan kalau pada manusia ada karakter seperti ini. Pada dasarnya memang manusia itu adalah dzolim dan amat bodoh (33:72).

Bersumpah untuk memperkuat penyangkalannya. Manusia yang dikenal baik dan benar tidak perlu bersumpah karena perbuatannya adalah bukti ucapannya. Adapun mereka yang suka bersumpah tanpa keperluan dan tanpa permintaan biasanya  sudah tidak percaya pada dirinya sendiri sehingga untuk membuat orang lain percaya maka ia mengandalkan sumpah-sumpah. 

Sumpah bisaanya dilakukan karena tidak bisa membuktikan pengakuannya, maka sumpah menjadi senjata. Al-Baqarah ayat 11 menceritakan kebiasaan buruk kaum munafik diantaranya selalu menyangkal jika ada kebenaran datang, mereka yang jelas-jelas berbuat kerusakan masih berkata"..kami ini adalah orang-orang yang mengadakan perbaikan. Sifat penyangkalan seperti ini juga dilakukan sebahagian ahli kitab yang sebelumnya berharap kedatangan Nabi Muhammad saw yang kemudian setelah jelas datang malah mengingkarinya dan menuduhnya orang gila.

Mencari/merekasaya bukti kalau tindakannya itu tidak salah. Masih ingat dalam kitab suci soal penceburan Yusuf ke sumur oleh saudara-saudara dengkinya , mereka coba rekayasa bukti dengan bukti palsu berupa darah binatang untuk  bukti kalau Yusuf telah dimakan harimau. 

Ulah buruknya meski didengar oleh Ya'kub sang ayah, namun tidak diyakininya sebagai berita benar, karena karakter bohongnya sudah terekam sejak dahulu. Demikian pula manusia-manusia yang pendusta tidak segan-segan merekayasa kasus dan bukti agar dirinya selamat dari segala tuduhan. Namun rekam jejak para tersangka kadang sudah dibaca publik sehingga apapun yang dilakukan tidak mendapat kepercayaan masyarakat dan hal ini tentu akan menambah kegundahan hatinya dan kesuraman masa depannya.

Meminta seringan mungkin hukuman yang diterima, atau kalau bisa dibebaskan tanpa syarat. Siapa orangnya yang mau dipenjara? Hampir tidak ada, dan mereka siap keluarkan apa yang dibutuhkan untuk meringankan hukuman. Andaikan manusia berdosa itu punya emas sebesar bumi maka ia akan berikan untuk menebus kesalahannya (3:91). 

Lihatlah para tersangka menuju terdakwa, berapapun kekayaan akan siap digelontorkan agar bebas dan tidak dihukum. Mereka yang korupsi besar-besaran terkadang sudah menghitung hasil "rampasannya" untuk antisipasi andaikan terjerat hukum, untuk si A berapa, si B berapa dan untuk lainnya berapa. Jadi tidak heran saat mereka memakai baju orange digiring ke tahanan mereka melambaikan tangan dan senyuman bahkan selpi-selpi, seolah mau istirahat di vila impian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun