Mohon tunggu...
Elam Sanurihim Ayatuna
Elam Sanurihim Ayatuna Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai di Kementerian Keuangan

Peminat isu Kebijakan Publik, Ekonomi, Keuangan Negara, Perpajakan, dan Pengadaan Pemerintah

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dita Karang dan Bagaimana KPOP Mendominasi Kita

1 Juni 2020   13:13 Diperbarui: 1 Juni 2020   13:41 2374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: twittter @code_dita

1. Investasi Pengembangan Infrastruktur

Pemerintah Korea Selatan menginvestasikan jutaan dollar untuk mengembangkan berbagai infrastruktur yang mendukung industri KPOP. Salah satunya untuk pengembangan distrik Chang-Dong. Sebuah distrik yang berfungsi sebagai pusat untuk KPOP. Di sana terdapat gedung konser, studio rekaman dan toko retail untuk mendukung pertumbuhan KPOP.

2. Pengembangan SDM

JYP Entertainment, YG Entertainment, dan SM Entertainment, label rekaman utama dalam mencari dan mengembangkan bakat idol ke seluruh Korea Selatan. Kesuksesan para idol KPOP tersebut dimulai sejak mereka menjadi Trainee dan mejalankan program pelatihan yang ketat  dalam menyanyi, menari, dan berakting selama beberapa tahun sebelum mereka diizinkan untuk debut, baik sebagai artis solo, duo, trio atau grup. Mereka juga dilatih berbicara di depan umum.

3. Ketersediaan Teknologi

Korea mempunyai kecepatan internet yang cukup tinggi. Hampir semua ruang publik di kota besar menyediakan Wi-fi gratis. Layanan ini mendukung berbagai kegiatan bisnis Industri KPOP seperti penjualan merchandise atau tiket secara online serta mendorong peningkatan streaming lagu dan film lokal Korea.

Melihat betapa seriusnya Korea dalam pengembangan ekonomi budayanya atau ekonomi kreatif, tentu ini menjadi pembelajaran baik bagi Indonesia. Bahwa jika ekonomi kreatif digarap dengan serius akan menghasilkan pendapatan yang menggiurkan bagi perekonomian nasional. Keith Horward, seorang professor dari Universitas London mengebutkan dalam studi ilmiahnya, bahwa Korea memperoleh $5 untuk setiap $1 yang diinvestasikan atau setara lima kali lipatnya.

Namun sayangnya, ini sangat jauh berbeda dengan kondisi di tanah air. Di Indonesia ekonomi kreatif masih kurang diprioritaskan. Ini terlihat dari investasi pemerintah pada anggaran Badan Ekonomi Kreatif yang hanya sebesar 870,46 miliar pada tahun 2019. Sungguh sangat jauh dengan dampak kontribusi ekonomi kreatif terhadap perekonomian yang sekitar Rp1.105 triliun.

Walau anggaran ekonomi kreatif yang sedikit, hal ini dapat didukung oleh Pemerintah Daerah yang kini getol membuat creative hub di kotanya masing-masing. Langkah ini patut diapresiasi dalam rangka mendorong perkembangan ekonomi kreatif. Tetapi pembangunan creative hub ini pun masih terdapat kekurangan. Sebagaimana diungkapkan oleh Mulyadi (2018), pembangunan creative hub ini sekarang masih berkutat pada penyediaan bangunan fisik semata, belum sampai menyentuh pengembangan manusia apalagi pelibatan kolaborasi dengan berbagai pihak terkait.

Padahal sebagaimana belajar dari Korea, pembangunan fisik harus selalu diiringi pengembangan SDM dan kolaborasi dengan berbagai sektor seperti perguruan tinggi, BUMN, hingga perusahaan swasta. Karena justru ruh creative hub bukan terletak pada fisik bangunan, namun lebih kepada orang-orang yang mampu menggerakkan kegiatan ekonomi kreatif.

Tentu pengembangan ekonomi kreatif ini juga harus ditambah dengan kepercayaan diri bangsa untuk tampil dalam dunia internasional. Indonesia tentu sudah memiliki modal budaya yang kuat yang seharusnya bisa bersaing dalam pertarungan kultur antar negara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun