Mohon tunggu...
El Alsha
El Alsha Mohon Tunggu... Dokter - Medical doctor

A Medical doctor who loves to learn and share

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mengulang Kembali Pembelajaran Empati pada Profesi Dokter

9 Februari 2024   12:36 Diperbarui: 9 Februari 2024   12:50 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://hellosehat.com/sehat/informasi-kesehatan/tanya-dokter-cek-kesehatan/

Tulisan ini didasari oleh adanya hal membuat saya resah belakangan ini. Saya melihat kejadian-kejadian dimana pasien belum mendapat haknya yaitu dengan diperlakukan secara empati oleh dokter. Hal ini tentunya bukan baru saja saya temui, kejadiannya dan perlakuannya pun beragam. Dahulu saat masih pendidikan, saya terkadang merasa pembelajaran mengenai empati bersifat abstrak dan sulit untuk pelajari untuk tahu persis bagaimana dokter harus bersikap. Saat sudah bekerja dan bertemu dengan pasien, saya justru melihat jelas  bagaimana empati ini hadir dalam pembelajaran profesi dokter agar bisa menjadi prinsip yang di tekankan pada praktik sehari-hari.

Saya bukanlah dokter yang sudah lama jam terbangnya dan bukan pula dokter yang sudah mempelajari mendalam tentang empati pada profesi ini. Tetapi, mari bersama kita ulas kembali apa yang sudah kita pelajari untuk menanamkan pada diri sendiri mengapa harus mengejewantahkan prinsip empati pada profesi dokter.

Kita mulai dengan mengapa dokter harus menerapkan prinsip empati. Komunikasi dokter-pasien adalah suatu bentuk komunikasi yang kompleks. Mengapa saya bilang seperti itu? karena komunikasi ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti tingkat pendidikan, sosioekonomi, jenis kelamin, umur, dan ras dari pasien atau bahkan dokter pemeriksanya. Selain itu, komunikasi ini juga dipersulit dengan adanya ekspektasi masing-masing dari pihak dokter dan pasien. Dan sudah pasti komunikasi ini menjadi berat karena membahas masalah penyakit, prognosis, atau bahkan kematian dari pasien. Selain itu, komunikasi ini juga diharapkan menghasilkan output atau luaran yang baik, jelas, dan bahkan bersifat terapeutik (menyembuhkan) untuk pasien dan keluarganya. 

Pada komunikasi dokter-pasien yang kompleks inilah, empati hadir untuk menjadi jembatan agar terjadi komunikasi yang efektif. Sebagai contoh, pasien datang dari daerah yang jauh dan merupakan orang yang berkecukupan dan sanggup membayar pengobatan sendiri, tetapi dari segala pemeriksaan yang ada pasien sudah berada pada kondisi terminal, dimana tidak banyak yang bisa dilakukan, tetapi tentu tetap perlu pengawasan dan tatalaksana yang adekuat. Sifat empati, yang merupakan suatu sikap mengerti situasi, perasaan, dan perspektif dari pasien, nantinya akan menjadikan dokter dapat menyampaikan dengan baik bagaimana kondisi penyakit yang sudah di derita, menenangkan pasien dan keluarga dengan afirmasi positif, dan menyampaikan bagaimana usaha dan rencana kedepan yang bisa dilakukan dengan resource yang dimiliki oleh keluarga.

Mengerti panduan atau guideline terbaru pada penyakit tidaklah cukup jika tidak terbentuk empati dan kemudian tercipta komunikasi yang baik di kondisi tersebut. Belum lagi  masih ada beragam kondisi pasien, seperti pasien miskin, pasien BPJS vs. non-BPJS, pasien berpendidikan rendah vs berpendidikan tinggi, pasien yang cenderung menangis vs pasien yang cenderung emosi, dan banyak lagi.

".. empathy is an important factor in patient satisfaction and adherence, in decreasing patients’ anxiety and distress, in better diagnostic and clinical outcomes, and in strengthening patient enablement." Derkensen F, 2013

Semoga diri ini selalu mengingat apa yang saya refleksikan hari ini dan semoga tulisan ini menjadi jembatan terhadap amal-amal kebaikan dalam perjuangan dan pengabdian dokter-dokter dan tenaga kesehatan lain yang berkaitan erat dengan pasien dan kemanusiaan.

Referensi

Derksen F, Bensing J, Largo-Janssen A. Effectiveness of empathy in general practice: a systematic review. Br J Gen Pract. 2013.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun