Desa Rimba Jaya terletak di Jalan Inpres Km. 14, Kecamatan Air Kumbang, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Desa ini merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi sumber daya alam melimpah, terutama di sektor pertanian. Hasil utama dari sektor ini mencakup berbagai produk seperti sayuran, minyak kelapa sawit, dan karet. Kepemimpinan desa berada di bawah Kepala Desa Warsino beserta perangkat desa lainnya, yang memainkan peran penting dalam pengelolaan dan pengembangan sumber daya lokal untuk kesejahteraan masyarakat.
Salah satu ciri khas Desa Rimba Jaya adalah dominasi hasil karet sebagai komoditas utama. Karet menjadi andalan ekonomi sebagian besar masyarakat, dengan lebih dari 70% penduduknya terlibat dalam aktivitas penyadapan karet. Aktivitas ini dilakukan setiap hari untuk memastikan getah tidak mengering, dengan panen dilakukan rata-rata setiap dua minggu sekali. Dalam satu kali panen, seorang petani dapat menghasilkan 5--10 pikul karet, tergantung pada luas lahan dan kondisi pohon karet. Meski memiliki potensi besar, pengelolaan karet di desa ini menghadapi berbagai tantangan, salah satunya adalah fluktuasi harga karet.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS, 2023), harga karet di tingkat petani sering mengalami perubahan drastis, dari Rp3.000 hingga Rp15.000 per kilogram dalam kurun waktu tertentu. Selain fluktuasi harga, sistem bagi hasil yang diterapkan di desa ini juga menjadi isu yang cukup signifikan. Petani biasanya hanya menerima 40% dari total hasil panen, sedangkan sisanya diberikan kepada pemilik lahan. Hal ini menimbulkan kesenjangan ekonomi yang cukup mencolok di kalangan petani. Hasanah dan Wijaya (2021) mencatat bahwa sistem bagi hasil seperti ini umum terjadi di daerah penghasil karet di Sumatera Selatan, namun tanpa adanya inovasi atau intervensi dari pihak luar, kondisi ini dapat menjadi hambatan bagi peningkatan kesejahteraan petani.
Tidak hanya itu, rendahnya penerapan teknologi dalam pengelolaan karet menjadi faktor lain yang menghambat produktivitas. Teknologi penyadapan yang digunakan mayoritas petani masih bersifat tradisional, sehingga efisiensi dan kualitas hasil getah belum optimal. Menurut laporan dari Pusat Penelitian Karet (2019), penggunaan teknologi modern seperti alat penyadapan mekanis dapat meningkatkan efisiensi hingga 30% dan memperbaiki kualitas getah. Namun, akses terhadap teknologi ini masih terbatas di Desa Rimba Jaya karena kurangnya dukungan finansial dan pelatihan.
Dalam konteks ekonomi lokal, keberlanjutan pengelolaan karet menjadi sangat penting. Karet tidak hanya memberikan kontribusi langsung kepada pendapatan masyarakat, tetapi juga menjadi sumber daya strategis bagi perekonomian regional. Oleh karena itu, penelitian ini berupaya memahami dinamika pengelolaan karet di Desa Rimba Jaya, mengidentifikasi tantangan yang dihadapi petani, serta menyusun strategi yang dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan masukan bagi pemerintah daerah dalam merancang kebijakan yang mendukung keberlanjutan sektor karet.
Secara keseluruhan, penelitian ini didasarkan pada pentingnya memahami kondisi lokal untuk menciptakan strategi pengelolaan yang relevan. Dengan pendekatan kualitatif dan wawasan yang mendalam tentang situasi di lapangan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi inovasi dan pengambilan keputusan yang lebih baik. Seperti yang diungkapkan oleh Siregar dan Mahendra (2022), keberhasilan dalam pengelolaan sumber daya lokal membutuhkan sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta, dengan pendekatan yang berbasis pada kebutuhan dan potensi lokal.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI