Dalam perekonomian kenaikan harga secara terus menerus disebut dengan inflasi, Di Indonesia sendiri dinamika inflasi berpengaruh terhadap kondisi sosial dan ekonomi. Hal ini dapat dilihat saat inflasi dapat menggerogoti daya beli masyarakat, yang tercemin dari pengurangan pengeluaran konsumsi rumah tangga. Saat harga kebutuhan sehari-hari seperti makanan pokok naik sedangakan gaji tidak naik mengakibatkan, masyarakat hanya bisa membeli lebih sedikit kebutuhan pokok, mereka terpaksa untuk mengurangi pengeluaran atau membeli barang yang lebih murah untuk menyesuaikan dengan biaya hidup yang meningkat. Artinya peningkatan pada inflasi dapat menghambat roda konsumsi dalam lingkup masyarakat (Sari & Nurjannah, 2023).
Inflasi sangat sangat berkaitan erat dengan harga, jika harga mengalami kenaikan maka permintaan akan barang dan jasa akan mengalami penurunan, naiknya inflasi tanpa disertai naiknya pendapatan masyarakat secara umum akan berakibat menurunnya daya beli. Saat kondisi ini terjadi secara berlanjut (terus-menerus), maka hal ini akan timbul reaksi berantai negatif yang mana akan menurunkan perekonomian suatu negara. Hal ini dapat terjadi karena daya beli yang menurun dalam kurun waktu yang berlanjut (terus-menenerus) akan mengakibatkan penurunan juga terhadap kinerja perusahaan sehingga berdampak juga terhadap karyawan yakni terjadi PHK. Semakin banyak masyarakat yang daya belinya menurun maka dapat memberikan dampak negatif terhadap perekonomian negara (Nurkhanifah dkk., 2023).
Berdasarkan teori dasar ekonomi, inflasi lebih mungkin terjadi ketika masyarakat memiliki banyak uang tetapi tidak diimbangi oleh penawaran barang dan jasa. Penyebaran uang yang terus-menerus bertambah ini dapat menyebabkan harga produk baik barang dan jasa akan meningkat terutama jika pertumbuhan produksi telah mencapai jumlah penuh, sehingga hal ini  dapat disimpulkan bahwa kenaikan pada tingkat harga pada barang dan jasa bukan karena kelangkaan dari jumlah produk tersebut, tetapi karena jumlah uang yang terlalu banyak penyebarannya sehingga menurunkan nilai uang itu sendiri. Penyebaran uang yang terlalu banyak ini disebut dengan hiperinflasi (Sari & Nurjannah, 2023).
Inflasi memiliki dampak langsung terhadap daya beli masyarakat di Indonesia. Semakin tinggi inflasi, semakin rendah daya beli, terutama bagi masyarakat berpenghasilan tetap dan menengah ke bawah. Pemerintah perlu membuat kebijakan yang tepat untuk masalah ini, berupa menjaga kestabilan harga agar daya beli masyarakat tidak terus menurun. Pemerintah perlu membuat kebijakan-kebijakan yang mendukung salah satunya yaitu melakukan kerja sama antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat dengan mengadadakan Gerakan Pangan Murah. Kegiatan ini dapat dilakukan diseluruh Provinsi dan Kabupaten/Kota di Indonesia sebagai upaya untuk menjaga keseimbangan harga kebutuhan pangan dengan ketersediaan pangan. Dengan kegiatan gerakan pangan murah ini diharapkan dapat di rasakan manfaatnya oleh seluruh elemen masyarakat. Bahan pangan pokok yang dijual murah untuk upaya ini meliputi beras, cabai, Minyak dan masih banyak lagi. Sehingga hal ini dapat menekan masalah berkurangnya daya beli masyarakat (Farisi, 2023).
Referensi:
Sari, Nurjannah. 2023. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Jumlah Uang Beredar dan BI Rate Terhadap Inflasi di Indonesia dan Dampaknya Terhadap Daya Beli Masyarakat. Jutnal of Accountancy and Management. 1(1).
Saefulloh, Fahlevi, dkk. 2023. Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi: Perspektif Indonesia. Jurnal Keuangan Negara dan Kebijakan Publik. 3(1).
Farisi. 2023. Peran Pemerintah Daerah Bondowoso Dalam Mengendalikan Inflasi. Jurnal PEDAMAS. 1(1).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI