Mohon tunggu...
Eka Putra Cendana
Eka Putra Cendana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menerjemahkan hidup melalui jari-jemari, menapaki bumi dengan kaki imajinasi sampai sudut yang paling jauh dan terjepit, menerawang logika dengan cahaya sains serta iman. dan aku tetap disini, di rumahku, di depan komputer.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apakah "Facebook" itu?

25 Februari 2013   08:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:43 3529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Facebook adalah sebuah layanan jejaring sosial yang diluncurkan pada bulan Februari 2004, dimiliki dan dioperasikan oleh Facebook, Inc. Pada September 2012, Facebook memiliki lebih dari satu miliar pengguna aktif (http://id.wikipedia.org/wiki/Facebook). Oke cukup! saya tidak perlu berpanjang kata mengenai facebook, karna saya pikir kita semua sudah lama tau tentang itu. Saya akan coba membahasnya dari sudut pandang berbeda.

Facebook terdiri dari dua suku kata yaitu face dan book. Saya berusaha menemukan makna harfiah dari istilah tersebut. Menurut google terjemahan, facebook adalah facebook. lho kok?
kemudian saya mahfum, sudah pasti google tidak akan memberikan terjemahan lain, karena kata facebok sudah bersatu dengan makna facebook itu sendiri.

Saya mencoba terjemahkan per satu kata, face: wajah, muka, permukaan, paras, air muka. Untuk kata book: buku, kitab, pustaka, jilid. Dari hasil terjemahan itu saya menyimpulkan facebook adalah sebuah buku/pustaka wajah. Kemudian saya berusaha membuat sebuah penafsiran tentang kata "buku/pustaka wajah", dan hasilnya begini: facebook adalah sebuah media pembelajaran dan jendela dunia dimana siapa saja bisa melihat dan mendapatkan banyak informasi dari berbagai penjuru jagat dengan berbagai bentuk raut muka, ragam warna dan budaya.
Jika tujuan Mark Elliot Zuckerberg membuat media facebook seirama dengan penafsiran diatas, sungguh apresiasi yang tak terhingga saya kepadanya, dan saya akan mendoakan supaya beliau masuk surga(doa saya baru akan dipertimbangkan jika Mark telah masuk islam). Ya sudah, saya tidak perlu lebih dari ini membahas tentang milioner muda itu.

Dari penafsiran diatas, terus apa hubungannya dengan adegan/ajang pertunjukan anggota tubuh lain, yang acap kali terkesan mempertontonkan bagian yang semestinya harus ditutupi? Mungkin ada yang menjawab kalau itu sebagai bentuk keragaman serta akulturasi budaya, dimana setiap orang harus toleran dan menghormati orang yang lainnya. Saya setuju, tetapi sekarang saya bicara dalam skop spesifik religi, yaitu budaya islam. Apakah yang kita lakukan selama ini sesuai dengan budaya kita sendiri? atau justru secara perlahan kita mulai mencangkok budaya orang lain? kalau iya kenapa harus begitu, bukankah kita mempunyai aturan main dan budaya kita sendiri? Saya kira kita semua akan serentak mengatakan "iya, terkadang saya terlupa, melakukan kesalahan penafsiran terhadap media publik ini secara berulang-ulang, dan saya berjanji kepada diri sendiri mulai saat ini akan berlaku lebih bijak dan sesuai budaya agama islam yang saya imani. Semoga itu adalah jawaban anda, jika tidak, mungkin hanya berbeda redaksi dan makna akan tetap seirama.

Orang yang memiliki keyakinan kuat terhadap budaya dan agamanya sendiri, tidak akan dengan mudah larut dan terhanyut arus dan modernisasi jaman. Untuk yang satu ini saya merasa salut kepada teman-teman agama lain, mereka sama sekali tidak pernah lalai terbuai, apalagi mengikuti budaya selain milik mereka, justru sebaliknya mereka sendiri yang mengajak kita untuk mengikutinya.
kenapa kita tidak melakukan itu? atau setidaknya kita coba bertahan terhadap keyakinan yang kita miliki. "rumput tetangga tidak lebih hijau", itu hanya fatamogana dan kita seharusnya yakin terhdap janji-janji dalam kitap suci kita sendiri.

Dari kesalahan dan kehilafan yang sudah kita lakukan saya menganggap itu sebagai sebuah pembelajaran, dan untuk kedepan setidaknya kita telah memiliki tameng dalam menindaklanjuti segala yang berhubungan dengan media sosial ini. Terkadang ketika kita berjalan menuju sebuah tingkatan dan derajat yang lebih tinggi, mungkin saja jalannya akan penuh batu ujian.
perbedaan sudut pandang dan tolak ukur seseorang bisa memahami sesuatu, itu terletak pada ketangkasan cara pikir dan imaginasi yang dimilikinya, tentunya semakin sering diasah, maka hal-hal yang positif seperti tulisan ini akan dengan mudah dipahami. Yang jelas apapun anggapan anda tentang "facebook", diri saya hanya akan mengambil manfaatnya sebagai media pembelajaran dan jendela ilmu pengetahuan.

#Silahkan ambil manfaat dari tulisan ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun