Kemampuan menulis tidak datang begitu saja. Meskipun sejak di tingkat pendidikan dasar telah diajarkan menulis dan membaca tetapi kemampuan menulis butuh lebih banyak usaha agar bisa menghasilkan tulisan yang enak dibaca. Budaya tutur tampaknya lebih mudah untuk dipelajari dan diterapkan dalam keseharian ketimbang budaya menulis.
Menulis dan bertutur (bercerita) sebetulnya hampir sama, produknya berupa kata-kata. Hanya saja dalam menulis, kata-kata itu diabadikan dalam bentuk tulisan dalam bentuk cetak atau pun digital. Sedangkan bertutur, produk kata-katanya dibiarkan begitu saja. Hilang dalam sekejapan mata. Untuk menulis, dibutuhkan bahan. Bahan ini bisa diperoleh dari bacaan yang dibaca, informasi yang didengar, atau pengalaman yang dilihat, dirasakan atau dilakukan. Kemudian diwujudkan dalam bentuk tulisan.
Ibarat orang bikin teh, teko-nya harus diisi terlebih dahulu. Begitu pula dalam aktivitas menulis. Teknik membaca pun ada aneka ragam, sebagian memiliki adagium : lebih baik membaca satu buku berulang, ketimbang membaca banyak buku dalam sekali baca. Sebab dengan adanya pengulangan, apa yang dibaca akan semakin tertanam dan ini menjadi bahan yang bisa dituliskan. Selamat mencoba!