Mohon tunggu...
Eko Romeo Yudiono
Eko Romeo Yudiono Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis itu Indah

Menulislah karena dengan menulis kamu akan belajar mensyukuri nikmat Allah SWT. Dengan menulis kita juga akan menyadari bahwa pengetahuan kita sesungguhnya ibarat setetes air di lautan bila dibandingkan dengan keangungan Allah SWT. Wallahu A'lam Bishawab.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Widodo C Putro "Lazio Ae Jebol" Bawa Persita ke Liga 1

22 November 2019   19:18 Diperbarui: 22 November 2019   19:33 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Widodo C. Putro dikontrak Persita tiga tahun. (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)

Persita lolos ke Liga 1 musim depan. Tim berjuluk Pendekar Cisadane ini otomatis sebagai Peserta Liga 1 setelah mengalahkan Sriwijaya FC di babak semifinal yang dimainkan di Stadion I Wayan Dipta, Jumat, (22/11/2019). 

Peran coach Widodo Cahyono Putro tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Eks pelatih Bali United ini mampu meramu pemain-pemain senior dan muda menjadi kekuatan dahsyat. 

Saya sendiri dalam hati sudah yakin Persita lolos Liga 1 usai mengalahkan PSMS Medan di babak 8 besar. Meski dalam posisi yang kurang menguntungkan dan tidak diunggulkan, Persita justru membalikkan prediksi. PSMS yang hanya butuh seri untuk lolos ke semifinal justru takluk 1-2 dari Persita.

Tangan dingin coach Wid, begitu biasa saya memanggilnya mampu membalik prediksi. Sebelum menjadi pelatih, sejatinya Widodo adalah pemain yang cerdas. Meski posturnya tidak terlalu besar dan bisa dibilang kecil, namun ia selalu menjadi pilihan utama di klub maupun tim nasional. Kebetulan ketika Widodo  masih berseragam Petrokimia, saya termasuk die hard-nya tim Kebo Giras-Julukan Petrokimia Putra-Kala itu. 

Klimaksnya, Widodo turut andil membawa Petro juara Liga pada 2002. Ketika itu di final, Petro menang, 2-1 dari Persita Tanggerang. Meski sempat tertinggal lebih dulu lewat gol Ilham Jayakesuma, namun tim Kota Pudak membalikkan keadaan di akhir pertandingan. Gol Samuel Celbi dan Yao Eloi membuat Gresik berpesta untuk pertama kalinya dengan memboyong Piala Liga Indonesia ke Kota Santri.

Meski tidak mencetak gol di babak final, tapi pergerakan lincah Widodo bersama striker mungil lainnya, Jaenal Ihwan membuat pendukung Persita kala itu, 'membenci' Widodo dan menjadi salah satu 'musuh' pendukung setia Persita.

Selang 17 tahun kemudian, Widodo kembali ke Tangerang. Kali ini dia menjadi juru taktik tim yang juga berjuluk La Viola atau tim ungu-ungu. Harapan tinggi disematkan di pundak Widodo untuk meloloskan Persita ke kasta tertinggi sepakbola Indonesia. Tugas yang tentu tidak mudah. Namun pengalaman Widodo di Liga 1 membuat pria 49 tahun itu mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.

Tanggal 22 November 2019 pasti akan dikenang oleh pendukung Persita sebagaimana 7 Juli 2002 ketika Widodo cs mengalahkan Persita di partai final Liga Indonesia. Widodo pantas disebut sebagai salah satu pahlawan keberhasilan Persita menembus Liga 1. Mengingat menjalani pertandingan di Liga 2 tentu tidak mudah.

Namun, jika meruntut sejarah, kemampuan dan pengalaman Widodo sebagai pemain dan pelatih bermental juara sudah terbukti dan tidak perlu diragukan lagi. Sebagai pemain di klub, Widodo pernah membawa Petrokimia juara Liga. Sedangkan di tim nasional, dia juga ikut andil membawa Indonesia juara SEA Games pada 1991. Pasca 1991, Indonesia tidak pernah SEA Games lagi hingga saat ini.

Ketika berseragam timnas, meski dipasang bukan sebagai ujung tombak, namun dia mampu mencetak 15 gol dari 55 caps. Yang dikenang suporter timnas maupun pendukung Petrokimia Putra tentunya gol terbaik Widodo di pentas Piala Asia 1996. Gol saltonya melawan Kuwait menjadi gol terbaik Piala Asia. Pelatih Kuwait Milan Macala, kala itu menyebut golnya sebagai Kungfu Goal. Bahkan, saking hebatnya gol tersebut, TV Emirates Arab berulang kali menayangkan gol pria kelahiran Cilacap itu.

Selain gol akrobatik, tentunya juga dua gol Widodo ke gawang Lazio tim elit Liga Seri A Italia di pertandingan persahabatan. Meski hanya pertandingan persahabatan, usai mencetak dua gol ke gawang Lazio, nama Widodo dielu-elukan Ultras suporter Petrokimia. Maka, ketika Petro bertanding, di stadion terpampang spanduk besar Bergambar Widodo dengan tulisan 'Nomor 7 Lazio Ae Jebol' (Nomor 7 adalah nomor punggung Widodo baik di klub maupun di Timnas kala itu).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun