Mohon tunggu...
Eko Riyanto
Eko Riyanto Mohon Tunggu... -

Anak Negeri, yang mencoba berguna untuk dunia, spesialnya Indonesia dan orang-orang di sekitarku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bakti Cinta Sang Cucu, Untuk Si Neneknya

7 Februari 2012   22:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:56 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1328653938715175735

( doc. foto pribadi )

Cinta, memang tidak habisnya dibahas. Mulai dari cinta anak-anak, remaja, dewasa maupun cinta hamba dengan Tuhan-Nya. Unik, indah, sedih dan romantis bisa saja menyatu dalam satu kejadian sekaligus. Yang biasanya, akan menjadi kenangan indah bagi si pelakunya atau pun yang melihatnya.

Sore itu Minggu suasana langit cukup cerah, tidak terlalu panas atau pun hujan. Perjalananku dalam melakukan proyek riset data tentang permodelan air di berbagai wilayah Indonesia sampai juga di daerah kecamatan Imogiri, salah satu wilayah di kota Jogjakarta. Pemandangan yang berbalik 180 derajat, dari apa yang aku lihat seperti suasana pagi sebelumnya. Yakni, di Taman Pintar sekaligus area pusat toko buku Shoping di pusat kota Jogjakarta. Di mana, beberapa anak remaja dan keluarganya berbondong-bondong ke sana untuk menikmati tamasya bersama keluarganya tercinta. Bersuka ria dengan senang dan puasnya, menikmati akhir pekan mereka.

Dengan kebetulan apa adanya, peristiwa langsung aku lihat di depan mataku sendiri. Di saat sebuah kamera aku jepretkan ke arah sana-sini dengan fokus permodelan teknologi yang ada di area sekitarku pada saat itu. Sebuahkejadian alamiah, di mana seorang cucu perempuan yang semestinya menduduki di bangku SLTP. Yang pada seumurannya juga, harusnya bermain dengan teman-temannya, jalan-jalan bersama menikmati akhir liburan dengan keluarga atau pun belanja di pusat kota, misalnya.

Sebut saja, Sobariah, namanya. Sikap polosnya dalam membantu neneknya untuk mencari rumput di sawah, dengan penuh ikhlas dia lakukannya. Berbekal dengan sabit dan membawa bagor untuk mengantongi rumput yang didapatnya nanti. Sang cucu dengan lancar mendapatkan rumputnya. Meski bagor yang digunakan tidak sebesar bagor neneknya. Sobariah sudah lebih dulu selesai mengumpulkan rumput yang diperolehnya. Sambil menunggu neneknya memasukkan rumput. Sejenak kuperhatikan penuh rasa kagum dan heran atas sikapnya. Gadis remaja yang seharusnya mungkin bermain dengan teman-teman sebaya seperti pada umumnya. Tidak berlaku untuk si Sobariah ini. “ Kamu memang benar-benar berbeda Sobariah. Beda banget. Dan bedamu beda yang sangat istimewa “ gumam dalam hatiku.

Selesai dengan rasa penasaranku saat itu. Seketika pula itu, aku jadi teringat sama nenekku yang berasal dari ibunya sang ayahku. Usianya yang sudah tua renta, yang hanya bisa duduk pada kursi biasanya. Membuatku merasa menyadari betapa bersyukurnya aku masih punya satu nenek dari ibu sang ayahku. Umurnya yang mungkin tidak akan lama lagi, tak akan kusia-siakan untuk menengoknya segera, setelah kejadian itu, karena memang tidak satu atap rumah nenekku denganku saat ini.

“ Nenek, cucumu akan datang untuk menengokmu.”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun