Mohon tunggu...
Eko Prihananto
Eko Prihananto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Karyawan BUMN

Selanjutnya

Tutup

Money

Perbandingan Travel Jakarta Bandung (Jatiwaringin-Pasteur)

22 Maret 2013   15:57 Diperbarui: 4 April 2017   18:09 28131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Sudah 8 bulan terakhir ini saya mondar-mandir Jakarta-Bandung menggunakan travel. Frekuensi perjalanan saya minimal seminggu sekali pulang-pergi. Sebelumnya saya mondar-mandir dengan kendaraan pribadi, tapi setelah mengalami kecelakaan di tol, saya lebih suka menjalani rute ini dengan travel. Selain saya bisa tidur, menulis atau ngobrol dengan sesama penumpang, naik travel juga biayanya sama atau bahkan lebih murah jika dibandingkan dengan naik mobil pribadi.

Coba bandingkan antara tarif travel yang besarnya berkisar 58 ribu sampai dengan 90 ribu rupiah dengan biaya yang harus dikeluarkan jika kita naik mobil pribadi. Anggaplah kita pakai bahan bakar premium yang menghabiskan 10 liter untuk perjalanan 130 km Bandung Jakarta lewat Cipularang. Itu artinya kita harus keluar 45 ribu utk fuel. Lalu bayar tol 42.500. Jumlah 87.500. Hampir sama kan. Itu belum dihitung ongkos sopir dan biaya perawatan mobil, yang pasti dengan mobil pribadi, kita keluar uang lebih banyak. Ya kecuali kalau kita perginya tidak sendirian, tapi dua orang atau lebih, mungkin dengan mobil pribadi bisa jadi lebih murah. Nah, dari pengalaman saya mondar-mandir Jakarta Bandung dengan travel ini, saya ingin berbagi analisis ringan.

Rute yang saya tempuh setiap pekan adalah Bandung Pasteur ke Jakarta Jatiwaringin dan sebaliknya. Saya pilih rute ini sebagai bahan analisis, karena memang secara umum rute ini yang sering saya jalani. Umumnya Senin pagi saya dari Jatiwaringin ke Pasteur, Jumat sore dari Pasteur ke Jatiwaringin. Selain itu, rute ini sepengetahuan saya juga paling banyak peminatnya, karena bisa dibilang Pasteur adalah pintu gerbang Bandung, begitu pula Jatiwaringin adalah pintu gerbang Jakarta. Travel yang melayani rute ini adalah (diurutkan berdasarkan abjad) Baraya, Cipaganti,  Daytrans, dan Xtrans.

Di bawah ini saya sajikan beberapa informasi mengenai Travel tersebut, lalu berikutnya saya akan coba bandingkan mereka dari beberapa aspek. Kita mulai dengan  Baraya. Jadwal keberangkatan Pasteur-Jatiwaringin 1 jam sekali. Jumlah seat 12. Kendaraam Isuzu Elf. Tarif Rp. 58 ribu.

Lalu Cipaganti. Jadwal keberangkatan Pasteur-Jatiwaringin 2 jam sekali. Kapasitas 7 seat. Mobil  Hyundai. Tarif Rp 90 ribu.

Berikutnya Daytrans. Jadwal 1 jam sekali. Kapasitas 8 seat dan  10 seat bergantian. Pada kondisi tertentu menggunakan mobil pengganti dengan kapasitas 14 seat. Tarif Rp 70 ribu.

Xtrans jadwalnya 1 jam sekali. Kapasitas 10 seat. Sewaktu-waktu bisa menambah armada dengan bis kapasitas 28 seat jika diperlukan. Tarifnya Rp 80 ribu.

Nah dari informasi di atas, saya akan coba bandingkan berdasarkan beberapa aspek. Saya mulai dulu dengan jadwal. Hampir semua travel di atas melayani rute Jatiwaringin-Pasteur 1 jam sekali, sehingga sama kuatnya dari sisi jadwal. Hanya Cipaganti yang mungkin lebih lemah karena jadwalnya 2 jam sekali. Keberangkatan Cipaganti dari Jatiwaringin sebenarnya 1 jam sekali,tetapi tujuannya selang-seling antara ke jalan Cipaganti (lewat Pasteur) dengan ke Jalan Soekarno:-Hatta (tidak lewat Pasteur, keluar tol Buah Batu). Untuk Senin pagi, Xtrans lebih unggul karena dia menyediakan jadwal tambahan yaitu pukul 5.30. Selain itu jika penumpang di waiting list jumlahnya banyak, dia bisa menambahkan satu jadwal lagi di pukul 5.15. Begitu pula Jumat sore dari Bandung, jika penumpang waiting list banyak, Xtrans memberangkatkan satu bis dengan kapasitas 28 seat. Mungkin demikian juga untuk arah sebaliknya Jumat dari Jakarta ke Bandung dan Senin dari Bandung ke Jakarta, tapi saya tidak punya informasi karena belum pernah mengalaminya. Khabarnya untuk hari Minggu dari bandung ke Jakarta Xtrans juga menyiapkan bis cadangan.

Bagi saya pribadi, dari sisi jadwal, untuk perjalanan Senin pagi dari Jakarta ke Bandung, yang saya sukai adalah Xtrans dan Baraya karena mereka ada keberangkatan di jam 5.30. Waktu tersebut cocok bagi saya, karena dengan jadwal itu, umumnya saya sudah sampai di Bandung sebelum jam 8.

Nah sekarang dari sisi kenyamanan, khususnya soal seat. Sebenarnya kalau soal seat, yang paling saya sukai adalah Cititrans. Itu karena desainnya captain seat (CMIIW), pada setiap row hanya ada 2 seat, dan tengahnya adalah gang, sehingga jika ada penumpang yang ingin turun sebelum pool, tidak perlu mengganggu penumpang lain, karena dia bisa melenggang di gang tadi.  Ya, mungkin ada juga travel lain yang setting seat-nya seperti itu, tapi belum pernah saya naiki, misalnya Transline, dengan bentuknya yang panjang, kemungkinan seat-nya seperti itu juga. Xtrans juga saya lihat ada yang bentuknya panjang seperti itu, tapi saya belum pernah mencobanya karena tidak ada di rute Jatiwaringin Pasteur. Sayangnya Cititrans tidak punya pool di Jatiwaringin. Maka soal seat, pilihan saya jatuh pada Daytrans. Design seat Daytrans, meskipun gangnya bukan di tengah, tapi juga hanya punya 2 seat  di setiap row-nya, kecuali di seat paling belakang. Masalahnya Daytrans kadang mengganti mobilnya dengan kapasitas 14 seat, dengan mobil yang ukurannya sama yaoitu Isuzu Elf, jadinya terasa sempit. Adapun Cipaganti dengan mobil Hyundainya, desainnya captain seat juga, hanya saja yang saya rasakan, jarak antara seat depan dengan belakangmya terlalu rapat, belum lagi bagian bawah seat tersebut ditutup sehingga penumpang yang di belakang tidak bisa menyelonjorkan kakinya ke bawah seat di depannya. Alhasil kalau ingin selonjor, kaki harus ngangkang, mengapit seat di depan kita. Adapun Baraya dengan Xtrans, keduanya mirip dalam susunan seat:: baris terdepan 2 (Xtrans hanya diisi 1 penumpang), baris kedua dan ketiga masing-masing 3 seat, nah bedanya di baris paling belakang; Xtrans 3 seat., sedangkan Baraya 4 seat. Untuk Baraya, jika kebagian seat belakang, bersiaplah untuk sempit-sempitan. Sebenarnya jika kita bisa duduk di baris kedua atau ketiga, paling enak naik Baraya, karena tarifnya paling murah dan kenyamanan duduknya sama dengan Xtrans yang harganya lebih mahal. Hanya saja jika kita ingin seat tersebut, kita harus datang lebih awal, sebab di Baraya seat tidak bisa dipesan. Ini yang membedakan Baraya dengan yang lainnya.

Nah sekarang soal harga. Sudah jelas yang termurah adalah Baraya. Jadi konsumen banyak menyerbu travel ini. Apalagi kalau bisa duduk di row ke-2 atau ke-3, rasanya sama dengan Xtrans tapi tarifnya jauh lebih murah. Yang paling mahal tentu Cipaganti. Mungkin wajar kalau lebih mahal karena mobilnya paling mewah. Tapi menurut saya mewah tak selalu berarti nyaman, karena sesuai uraian saya di atas, seat Cipaganti tidak lebih nyaman dibanding lainnya. Bicara soal harga atau tarif, saya lebih tertarik untuk membahasnya dari sisi penyedia jasa atau pihak travelnya sendiri. Dalam hal ini, menurut saya Xtrans yang paling untung. Coba bandingkan,  setiap saya naik travel Xtrans, seat-nya hampir selalu penuh. Artinya revenue pada kondisi peak bagi Xtrans adalah 80 ribu dikali 10, sama dengan 800 ribu. 2 kali saya naik Cipaganti di Jumat sore, isinya hanya 5 dari 7 seat. Oke, anggaplah Cipaganti juga penuh, revenuenya 90 ribu dikali 7, sama dengan 630 ribu. Baraya penuh, revenuenya 58 ribu dikali 12, sama dengan 696 ribu. Daytrans penuh, 70 ribu dikali 8, sama dengan 560 ribu. Xtrans dapat paling banyak kan. Pada kondisi non peak, kalau kita pakai prosentase, katakan rata2 terisi 50%, hasilnya pasti sama, Xtrans dapat  paling banyak. Belum lagi jika waiting listnya banyak, Xtrans bisa cepat ambil keputusan untuk tambah mobil atau bis. Dia dapat revenue, customer juga senang karena terangkut. Customer juga merasa kepastian terangkutnya lebih tinggi dengan adanya solusi tambahan armada ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun