Mohon tunggu...
Eko Nurwahyudin
Eko Nurwahyudin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar hidup

Lahir di Negeri Cincin Api. Seorang kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Rayon Ashram Bangsa dan Alumni Program Studi Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Motto : Terus Mlaku Tansah Lelaku.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Semar Nutup Pasar dan Manajemen Keuangan Karang Kadempel

18 April 2021   13:59 Diperbarui: 18 April 2021   13:59 1010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semar Nutup Pasar dan Manajemen Keuangan Karang Kadempel

Bagi seorang pengusaha, barangkali salah satu bacaan wajib untuk memulai bisnis dan merawat bisnisnya ialah The Art Of War-nya Sun Tzu. Meskipun buku itu merupakan filsafat klasik Tiongkok tentang perang, namun menurut Bagong cukup mampulah membantu Gareng menyadari pemahaman realitas sosiologis bahwa dalam masyarakat moderen medan bisnis sudah manunggal menjadi medan perang. Ikut perang tanpa persiapan atau melakukan persiapan secara sembrono sama artinya bunuh diri.

"Reng, bisnis itu ada ilmunya, kaya perang -- ada strateginya, ada sumber dananya, ada manajemen dana dan kekuatannya, ada tips dan triknya tidak kolep" kata Bagong.

"Iya Reng, meskipun anak ini kadang agak konslet otaknya tapi kurasa kali ini Bagong ada benarnya" imbuh Petruk.

"ah enggak benar itu Reng, lha rejeki enggak salah alamat kok" timpal Jaiman di belakang yang mengiringi mereka mencari bahan berbuka puasa ala koruptor.

"Iya Truk, Gong saya tahu. Manusia kan pemimpin bukang yang dipimpin. Manusia yang mengatur uang bukan uang yang mengatur manusia."

"Nah itu tahu. Memang Reng, kamu masih cara mengatur keuangan kan ada dua metode. Pertama, metode ala permainan dakon. Kedua, metode ala permainan monopoli. Kalau main dakon kan ya seperti Gusti Prabu Puntadewa dan warga Karang Kadempel lakukan -- isi kosong, kosong isi. Tidak bisa harta ditimbun terus menerus, pasti kita memberi baik bagi tabungan hari besok diri sendiri maupun perlu digulir keorang lain. Tau kamu kalau dakon punya empat belas lubang kecil dan dua lubang besar. Masing masing pemain punya tujuh lubang kecil seperti melambangkan hari, dan satu lubang besar yang melambangkan diri pribadimu. Tentu saja, sekecil apapun jumlah rizki pada hari itu harus kita gunakan untuk membagi atau menabung bagi hari esok dan esoknya lagi. Kalau kebetulan pada hari itu kita punya banyak rizki, rule the game, sistemnya, harus kita bagikan ke orang lain, karena sebagian rizki kita juga dari orang lain. Semua pemain tentu tidak ada yang rugi dan mendapat rizkinya masing masing tanpa perlu menjadi tukang monopoli yang menguasai rizki dan mencekik pemain lain atau menjadikan pemain lain miskin-kin, melarat-rat. Dalam dakon baik diri sendiri maupun orang lain punya tabungan induk yang tidak bisa diambil dan memang itu menjadi haknya dia. Siapa paling banyak jumlah pendapatannya dialah yang menang tanpa ngasorake atau menang tanpa menjatuhkan, kaya tanpa memiskinkan" kata Petruk.

"Lha kita ini bangsa yang ampuh. Mau situasinya bagaimana pun daya tahan hidup kita lebih besar, daya kreatif kita lebih besar dari masalah hidup kita ini. Ingat kau pertama kali Banaspati menyerang? Ekonomi global anjlok-jlok. Negara-negara lain seperti Ngastina sudah seperti kebo bingung. Banyak prediksi dari pengamat kalau resesi inilah, resesi itulah bakal berdampak pada hidup kawula cilik sperti kita. Tapi toh Semar yang sudah bermenung, artinya berpikir mendalam tahu harus berbuat apa! Karang Kadempel toh akhirnya enggak kolaps"

"Betul juga Gong. Kalau saja Gusti Prabu Puntadewa tidak setuju usul Bapak mungkin sudah jadi macam Ngastina yang bisanya cuma hutang, masih mbangun yang seharusnya tidak menjadi skala prioritasnya. Sesumbar lah"

Sambil berjalan menuju kediaman Gusti Prabu Puntadewa para ponokawan mengenang kembali bagaimana bertahan dari fenomena Banaspati yang menyebabkan keloyoan ekonomi. Bahkan dengan gerakan Semar ini, mereka bisa bertahan melewati ramadan tahun lalu.

"Mengatur keuangan dalam masa Banaspati ini kita mesti bergotong-royong. Tidak usah sesumbar ingin mendpatkan pemasukan yang besar. Kita sudah bertahan bisa makan saja itu sudah baik. Memang keadaan seperti ini kita oleh Sang Hyang Wenang diperintahkan untuk puasa, mengendalikan diri. Den, lihat para Kurawa. Di kota-kotanya mereka mengagungkan kata moderen. Moderen artinya maju bagi mereka. Maju meskipun di jalan yang menurun dan jurang sekalipun. Situasi seperti ini Den, kita tutup pasar, ketika memang perlu ditutup. Orang Jawa tahu kalau semua yang dibuka harus ditutup. Semua yang kosong harus diisi. Kurawa agaknya lupa dan biarkan saja. Mereka bangga dengan membuka pasar, perusahaan duapuluh empat jam non-stop. Dikira dengan membukanya terus menerus berarti akan mendatangan untung yang berjibun. Tetapi mereka lupa bahwa ada ongkos keharmonisan yang mereka tukar dengan egoisme. Bahkan di sana kita punya tetangga saja seakan seperti tinggal di kuburan, tidak mengenal satu sama lain -- seolah-olah sudah menjadi harga mati bahwa hidupku ya hidupku. Hidupmu ya hidupmu. Bukankah dengan membuka pasar dan lapak mereka tidak ada waktu untuk udat-udut seperti Bagong dan para pengangguran itu? Tapi jangan salah Den, kalau ada Bagong semisal kena kecelakaan atau musibah meskipun orang-orang itulah lebih sat-set nolongnya daripada menolong yang mereka tidak kenal dan tidak mau mengenal mereka. Mohon Den, buka saja pasar seperti biasanya atau sampai sore harus tutup. Waktu malam kita gunakan untuk merekatkan kembali guyub rukun kita. Saya ada usul, dan usul ini memang tidak ilmiah sama sekali. Saya bukan Doktor ekonomi, tidak pernah sekolah bahkan. Saya akan lakukan usul saya ini dalam 2 minggu. Den ikut ya, barulah Den bisa menilai ini usul yang tepat atau tidak". kenang Petruk terhadap Semar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun