Mohon tunggu...
Eko Mardiana
Eko Mardiana Mohon Tunggu... Petani

Nilai dan konsep disusun manusia, dan pendapat ada sesudah diperbandingkan. Hubungan itu bisa berubah, tapi definisi tetap. Nilai perbedaan antara cantik dan buruk, punya dan tidak punya, sulit dan mudah, panjang dan pendek, tinggi dan rendah, depan dan belakang, tidak bertahan selamanya...pepatah kuno

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tanah Yang Menyembuhkan

15 Oktober 2025   20:11 Diperbarui: 15 Oktober 2025   20:11 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tanah yang Menyembuhkan: Filsafat Baru dari Rawa-Rawa Indonesia

(Refleksi atas pemikiran Mbah Ndiman)

Di jantung rawa-rawa Indonesia, tempat air dan tanah saling berpelukan dalam kesunyian, sebuah gagasan perlahan tumbuh --- gagasan yang bisa mengubah cara manusia memahami bumi di bawah kakinya.

Mbah Ndiman, seorang pemikir sederhana, percaya bahwa kunci untuk menyembuhkan planet ini tidak terletak pada mesin canggih atau bahan kimia baru, melainkan pada kearifan tanah itu sendiri.

Baginya, endapan sedimen di dasar rawa dan sungai --- yang sering dianggap limbah --- sesungguhnya adalah bahan hidup.
Ia menyimpan kisah pembusukan, kelahiran kembali, dan keberlanjutan.
Dari pemahaman inilah lahir soil block, kubus media tanam yang dibuat dari sedimen tanah rawa, kompos, dan serat alami lokal.

Namun bagi mbah ndiman, soil block bukan sekadar alat tanam.
Ia adalah simbol rekonsiliasi --- cara manusia berdamai kembali dengan bumi yang telah mereka lukai.

"Saat kita menyentuh tanah," katanya pelan,
"kita bukan hanya menanam bibit, tetapi juga menanam hubungan."

Di tengah dunia pertanian yang semakin sibuk mengejar efisiensi dan produksi massal, pandangan ini menjadi sebuah penyeimbang --- sebuah seruan untuk pertanian yang sadar.
Pertanian yang melihat tanah bukan sebagai objek eksploitasi, tetapi sebagai sahabat yang hidup.

Rawa-rawa yang ia olah bukan sekadar sumber daya; mereka adalah paru-paru dan rahim bumi --- menyerap karbon, menampung air, dan menjadi rumah bagi kehidupan.
Dengan memanfaatkan sedimen rawa menjadi media tanam, ia sekaligus mengurangi pendangkalan waduk, memulihkan kesuburan tanah, dan memberi makna baru pada konsep ekologi sirkular.

Filsafat ini mengingatkan kita bahwa masa depan pertanian bukan tentang menguasai alam, tetapi hidup selaras dengannya.
Bahwa keberlanjutan sejati tidak lahir dari laboratorium, tetapi dari percakapan hening antara manusia dan tanah yang mereka pijak.

"Bumi tidak perlu diselamatkan," ujarnya lembut.
"Ia hanya perlu diingat kembali."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun