Mohon tunggu...
Eko Sanjaya Tamba
Eko Sanjaya Tamba Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

pengkritik, pengamat sekaligus penikmat kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Akankah AFI "Menuju Puncak" Lagi?

22 Oktober 2013   11:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:11 1068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

...Menuju puncak gemilang cahaya, mengukir cita seindah asa, menuju puncak impan dihati bersatu janji kawan sejati, pasti berjaya di Akademi Fantasi....

Era 2003 hingga 2006, siapa sih yang gak kenal lagu itu. Lagu yang sangat fenomenal sekali. Selain lagunya, ada juga gerakannya. Dari anak kecil hingga orang tua hafal lagu tersebut. AFI muncul sebagai ajang pencarian bakat tersukses pada 2003 hingga 2004. AFI 2, tahun 2004 menandai puncak kesuksesan ajang ini. Konon kabarnya, Grand Final AFI 2 adalah grand final ajang pencarian bakat yang palng tinggi rating nya dalam dunia pertelivisian, belum ada yang mengalahkannya sampai saat ini. Walau tidak ada data akurat soal itu tetapi saya cukup percaya akan hal tersebut. Malam pucak Grand Final AFI 2 begitu menyihir penonton di seluruh Indonesia. Kota seperti Medan, Pekanbaru, Solo, Semarang, Bandung dan Surabaya mengadakan nonton bareng yang difasilitasi oleh pemerintah daerahnya masing masing. Ini keunikan tersendiri dalam ajang ini. Fanatisme daerah asal akademia terasa sekali, dan pemerintah daerah sangat mensupport akademia yang berasal dari daerah mereka, dengan harapan dapat membanggakan daerah. Mereka bak pahlawan daerah.



Malam puncak Grand Final AFI 2 bukan hanya menjadi ajang persaingan Theodora Meilani Setyawati (TIA), Haikal Nasution dan Micky Octapatica, namun juga menjadi tempat perdana Susilo Bambang Yudhoyono dan Wiranto memperdengarkan “suara emas” mereka kepada jutaan penduduk Indonesia. Pada Sabtu 19 Juni 2004 malam, bertempat di Plenary Hall JCC acara tersebut digelar. Banyak politisi yang menghadiri acara tersebut, bertepatan dengan kampanye presiden. Euforia di daerah juga sangat besar sekali, terutama di daerah asal calon akademia. Akhirnya Tia asal Semarang keluar sebagai juara.

Sejak kemunculan AFI 1, masyarakat sudah demam akan ajang ini. Kaum hawa terutama ibu ibu sangat tersihir akan Very Affandi yang berhasil menjadi juara pertama mengalahkan Kia Suban dan Mawar. Tak pelak, Very dengan suara dan kisah hidupnya mampu menghipnotis penonton dirumah. AFI pada masa itu sangat fenomenal . Dari anak anak hingga orang tua demam AFI. Malam minggu hampir setiap rumah nonton AFI. Segala yang berbau AFI sangat laris dipasaran. Kaos, tas, kipas, buku, jam dinding, binder, pulpen, penghapus dan album membanjiri pasar. Hal ini tidak diraih oleh ajang ajang pencarian bakat yang sekarang ini. Perubahan selera atau kebiasaan yang berganti mungkin menjadi penyebabnya. Bisa jadi. Anak anak bahkan sering main drama ala ala AFI sambil geret koper, adegan menangis, belajar koreo “menuju puncak”.



AFI mengangkat banyak nama. Trie Utami, komentator yang sangat melegenda dengan “Pitch Controlnya”. Adi Nugroho, pemandu acara yang masih setia hingga session ini. Dian HP dan band, Arie Tulang, Tamam Husein, Ubiet, Rika Roeslan, Alm Harry Roesly. Nama mereka mungkin telah lama dikenal dalam dunia musik, namun semakin dikenal setelah kemunculan di AFI. Pastinya AFI telah mengangkat nama seperti Very Affandi, Kia Suban, Mawar, Tia, Haikal Baron, Micky , Cindy Carolina, Putu Sutha, Alvin “Base Jam” , Leo Mokodompit, Bojes, Tika dan Tiwi “T2”, Dewa “String”, Widi “Hello”, Arin Wolayan, Takeda, Oly “Winner”

AFI sedikit berbeda dibandingkan ajang lainnya. Kontes ini bukan menonjolkan satu individu akademia walaupun menjadi pemenang. AFI menjual kebersamaan “12 akademia” . Jadi penggemar AFI biasanya menggemari AFI secara keseluruhan. Sehingga hampir tidak terlihat persaingan atau perselisihan diantara fans. Tidak seperti ajang ajang sejenis dewasa ini yang sangat mendewa dewakan salah satu kontestan dan tidak jarang mencerca dan membully kontestan lain. Persaingan di AFI tidak begitu terasa. Kebersamaan yang ditonjolkan. Tampaknya ini yang menjadi “jualan” Indosiar, sehingga kebersamaan di asrama sering dipertontonkan termasuk kisah percintaan sesama akademia. Tak pelak dalam setiap eliminasi akan ada adegan menangis sesunggukan. Justrunya penonton di studio dan dirumah ikut menangis terbawa perasaan. Luar biasa.

Album AFI 1 “Menuju Puncak” meraih satu cakram platinum setelah sebulan di pasaran, sementara album AFI 2 “Melangkah Bersama” meraih double platinum hanya dalam waktu dua hari di pasaran. Mereka juga bermain dalam puluhan FTV yang diproduksi Indosiar. Adit AFI 2 bahkan meraih penghargaan khusus pada FFI 2005 berkat kemampuan aktingnya. Bintang bintang AFI 1 dan 2 juga beradu peran dalam Film layar lebar "FANTASI" yang diputar serentak di bioskop. Hal ini menjadi sarana pelajaran pelajaran akting yang diterima mereka selama di asrama. Beberapa diantara mereka juga menjadi bintang iklan di TV. Jika pada masa itu media sosial twitter ada, mungkin akun para akademia AFI kala itu akan diikuti ratusan ribu pengikut. Semua ada masa nya sih memang.

Sepuluh tahun berselang setelah 7 tahun vakum, AFI kembali lagi dengan NEW AFI 2013. Akankah mengikuti kesuksesan AFI 1 dan AFI 2? Atau setidaknya AFI 2005? Atau hanya akan adem ayem seperti AFI 3 bahkan kalah pamor seperti AFI 2006?

Zaman telah berganti, selera masyarakat juga sukar ditebak. Masyarakat Indonesia di era social media sekarang menjadi sangat kritis sekali. Dulu, AFI yang banyak mempertontonkan drama dalam tayangannya seperti kisah akademia, adegan menangis waktu eliminasi menjadi santapan penonton. Sekarang, saya pribadi cukup bosan dengan terlalu banyak drama tersebut. Ketika melihat rekaman video eliminasi di youtube, saya jadi merasa geli sendiri. Dulu suka kok sekarang malah terasa aneh menonton hal itu ya. Hehe. NEW AFI 2013 sudah memasuki tahap konser hip hop untuk menentukan siapa yang layak menjadi akademia. Namun tampaknya, setelah vakum cukup lama, kurangnya pamor Indosiar (akibat terlalu sering menyiarkan sinetron naga naga), kualitas dan keberhasilan para alumni AFI yang terkesan “belum cemerlang” di blantika musik Indonesia, serta kualitas calon calon akademia yang telah unjuk kebolehan, ikut mempengaruhi rating dan euforia NEW AFI 2013. Kabarnya rating nya masih sangat minim sekali.

Yaaa, mari kita lihat dan saksikan apakah NEW AFI 2013 dengan slogan “Be The Next Superstar” akan mampu “menuju puncak” lagi. Let we see..

Salam Akademia.

@EkoTamba

http://nostalgia.tabloidnova.com/articles.asp?id=5210 Dibanjiri Pejabat dan Ratusan Pendukung

http://musik.kapanlagi.com/berita/album-afi-2-mengantongi-dua-cakram-platinum-fepasno.html Album AFI 2 meraih double platinum

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun