Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja Kala di Bilik Sunyi

22 Juni 2021   19:49 Diperbarui: 22 Juni 2021   19:54 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senja kala dibilik sunyi dokpri Eko irawan

Senja kala di bilik sunyi. Inilah tempatku. Seperti petang di hari hari kemarin. Habis disini. Kubersyukur, masih ada tempat ini. Jika tidak, mungkin aku bagai gelandangan. Tak tahu arah. Tak punya tujuan. Sungguh ini sebuah pelarian, yang tak kukehendaki. Namun ini harus, karena aku butuh tempat. Agar kutemukan kembali diriku yang hilang. 

Aku sudah lelah. Jiwaku tersakiti. Tak seharusnya aku terlantar seperti ini. Tapi siapa mau begini, jika bukan terpaksa. Aku tak merencanakan ini. Sedikitpun tak ada kehendak untuk terus mematung disini. Namun inilah caraku. Menemukan diriku kembali. Diriku yang sudah hilang dan tidak dirindukan lagi.

Bilik ini, bilik pengasinganku. Aku bertahan disini untuk sebuah mimpi. Namun mimpi itu, masih terlarang. Padahal mimpi itu gratis. Tapi mimpi ini tetap dilarang. Tetap terlarang. Tetap terhalang. Entah sampai kapan. Karena yang kutunggu adalah sebuah harapan kosong. Hampa. Tersapu hujan deras barusan. Dan sirna.

Tapi inilah caraku. Inilah hidupku. Suka tak suka ini yang harus kuhadapi. Tanpa protes. Tanpa sambat. Tanpa mengeluh. Walau nanti, aku terlihat bodoh. Ya, sangat bodoh. Karena aku adalah orang terbuang, yang mimpinya terlarang.

Senja kala dibilik sunyi. Mengalir menyambut malam. Malam gelap disini. Sendiri. Aku tak minta ditemani. Tapi lama lama aku gila seorang diri. Untuk apa hidup ini, jika aku harus terdiam dalam sepi. Berteman kehampaan. Berharap ada, tapi tiada.

Aku kadang tak mengerti. Kenapa aku ada disini. Untuk apa. Untuk siapa. Aku hanya menunggu keajaiban. Semoga datang segera. Dialah penolongku. Jemputlah aku pergi. Tak mungkin sepanjang hidupku hanya berteman kekasih palsu. Kekasih yang ada, tapi tak pernah ada. Perlahan kesepian ini membunuhku. Dan berakhir sudah dalam ketragisan. Haruskah seperti itu.

Kisah orang bodoh. Yang dipermainkan drama jahat. Aku berjuang, untuk orang yang berusaha menghancurkan aku. Dia yang salah, tapi harus aku yang jadi pesakitan. Cinta yang mati, jadi mesin pembunuh kejam. Demi membela orang lain, aku harus terbuang. Tanpa dihargai. Tapi hasilnya dituntut. Kenapa bukan dia saja yang kau tuntut? Toh, dia sudah merampok kehormatanmu. Kenapa aku yang memperjuangkanmu malah kau jadikan tersangka. Kenapa dengan dirimu?

Jujur, aku disini, karena aku sudah tak kuat. Aku sudah tak mampu. Hidupku kosong. Tapi harus mewujudkan bukti bukti. Pandainya kau putar balik kata. Seolah paling suci. Agar karma settinganmu manjur. Dan semua orang membenarkan bejatmu bersamanya. Haruskah aku ikut ikutan membela kezholiman ini? 

Aku ya aku. Diterima ya Alhamdulillah. Ditolak, ya sungguh terlalu. Senja kala di bilik sunyi jadi saksi. Disangka aku orang bodoh yang bisa ditipu dan dipermainkan. Aku bertahan, disangka bisa menerima bejatmu. Kau boleh pura pura insyaf. Tapi itu sudah terlambat. Kau tak bisa merubah keputusanku. Mesin takdir sudah bekerja, dan aku tak akan kembali dalam kebodohan. Mungkin aku masih disini. Untuk berapa waktu. Namun untuk menerimamy kembali, tentu tidak. 

Bilik sunyi, 22 Juni 2021

Oleh Eko Irawan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun