Sensasi Lontong Medan, Kuahnya Memanjakan Selera Â
Seminggu lalu saya bepergian ke Cirebon menemui sahabatku dan ke Indramayu dengan tujuan ke penerbit buku yang menjadi langgananku. Dalam tahun ini saya ke Cirebon sudah dua kali naik kereta api berangkat dari Surabaya.
Singkat cerita setelah tiba di Stasiun Prujakan Cirebon temanku menunggu di pintu kedatangan. Setelah besalaman langsung menuju ruang parkir mobil, selanjutnya menuju Indramayu yang sudah diagendakan sebelumnya. Sahabatku ini juga seorang penulis, namun baru kali ini tahun 2025 ia menerbitkan buku di percetakan Indramayu di mana sebelumnya saya arahkan untuk menerbitkannya karena penerbit ini berkualitas, murah dan cepat.
Sahabatku ini asli orang Indramayu dan masih ada adik-adiknya tinggal di Indramayu. Di saat itu pula kami singgah ke rumah adik perempuan sahabatku untuk silaturahmi sambil istirahat sebentar. Setelah istirahat sejenak lalu saya menelpon menghubungi admin penerbit Indramayu bahwa saya pukul 09.30 WIB akan ke sini. Pihak penerbit pun siap menerimanya dan saya jelaskan kunjungan saya mendadak ke sini dalam rangka konsultasi tentang penerbitan buku dan sebagainya.
Setelah hampir satu setengah jam kami ngobrol dengan tim redaksi penerbit, saya segera balik ke Cirebon. Akan tetapi sahabatku tidak langsung ke Cirebon. Namun malah mengajakku jalan-jalan dulu dan mampir sebentar ke sahabatnya waktu SD di Indramayu. Saya mengikuti saja. Ketika sampai di rumah sahabatnya saya cukup terkaget. Ternyata sahabatnya ini depan rumah dan halamannya dijadikan sebuah rumah makan (resto) "Lontong Medan". Di depan rumah itu terpasang banner cukup besar tulisan "Lontong Medan". Sahabatku ini nggak cerita klo sahabatnya buka resto "Lontong Medan".
Lalu saya bersalaman dengan pemilik resto lontong Medan dan mengenalkan diri saya dari Sidoarjo Jawa Timur dan menjelaskan bahwa sahabat saya Pak Ali Nurudin ini teman seangkatan waktu menjalani pendidikan Ahli LLAJ selama tiga tahun di Bekasi. Kemudian, kami diantar pemilik resto dicarikan tempat duduk yang kosong dan bisa santai.
Sambil menunggu antaran seporsi lontong Medan, naluriku timbul yakni ingin melihat suasana resto ini. Saya mengamati hampir semua ruangan resto ini. Yang menggelitik dalam pandangan mataku tertuju pada ornamen sekitar ruang ini, sepertinya semua bernuansa Balinesse, Â di mana tiap tiang dalam resto tengah tiang ditutupi kain motif kotak-kotak hitam putih, termasuk meja makan ada taplak berbahan plastik itu dengan motif sama kotak-kotak hitam putih. Di sisi kasir ada patung khas bali, leak, payung khas Bali. Apakah pemilik resto ini asli orang Bali? gumanku. Saya nggak berani bertanya. Â
Tak lama datanglah seorang pelayan resto dengan ramah mengantar lontong Medan menuju meja makan yang kami tempati. Jujur saja, saya baru kali ini makan lontong Medan. Jadinya rasa penasaran ingin tahu kekhasan kuliner asal Medan, Sumatera Utara. Kulihat kuah lontong Medan yang disajikan ini menarik dan mengundang selera yaitu kuahnya kental dan harum, batinku sudah pasti kuah ini rasanya gurih dan segar. Bahan baku lontong Medan seperti biasanya kuliner khas Indonesia yang terbuat dari beras yang dibungkus daun pisang dan dikukus hingga padat, yang kemudian disajikan dengan berbagai menu ala khas daerah masing-masing.
Paling umum seperti lontong sayur, hingga varian khas daerah di Indonesia,  seperti di daerah saya yang tidak asing bagi masyarakat Jawa Timur  yaitu lontong balap dari Surabaya, lontong kupang dari Sidoarjo. Perbedaan utama terletak pada kuah, bahan pelengkap, dan cara penyajiannya.