Menuntut Ilmu Tirulah Imam Syafi'i Sejak Kecil Hingga Dewasa
Oleh: Eko Setyo Budi
Pada tanggal 27 September 2025, tepat pukul 09.30 Prof. Madya Dr. Najihah binti Abdul Wahid memasuki ruangan Aula KH. Mas Mansyur GKB 2 Lantai 7 Kampus 1 UMSIDA untuk mengisi Kuliah Umum tema "Perjuangan Ilmu Merintis Jalan Ke Syurga". Prof. Najihah adalah Guru Besar Fakulti Pengajian Kontemporari Islam UniSZA (Universitas Sultan Zainal Abidin) Malaysia.
Kuliah Umum ini diselenggarakan oleh Fakultas Agama Islam (FAI) UMSIDA dalam rangka FORTAMA (Forum Ta'aruf Mahasiswa) UMSIDA bagi mahasiswa baru D2, S1 dan S2. FAI dengan tagar Cahaya Peradapan diharapkan mahasiswa dapat menimba ilmu yang disampaikan oleh Prof. Najihah.
Ruang Aula KH. Mas Mansyur berada di Lt.7 cukup luas terlihat penuh dihadiri mahasiswa baru berseragam baju batik warna coklat muda dengan motif/corak bermacam-macam. Tempat duduk dibagi dua kelompok yakni kelompok/sisi kiri untuk laki-laki dan sisi kanan untuk wanita. Saya datang terlambat sekitar satu jam sejak acara dimulai pukul 07.30 WIB duduk barisan belakang. Namun, saya masih bisa menyaksikan atraksi tari saman Aceh sampai selesai.
Acara puncak yang ditunggu-tunggu yaitu kuliah umum Prof. Dr. Najihah dari Malaysia akhirnya datang sekitar pukul 09.30 didampingi panitia menuju podium. Moderator memperkenalkan Prof. Najihah kepada para mahasiswa baru disambut dengan gembira, ucapan: Assalamualakum Warahmatullahi Wabarakatuh dan dijawab serentak para mahasiswa: Waalakumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.
Masa Anak-Anak Wajib Menuntut Ilmu
Setelah perkenalan Prof. Najihah kepada para mahasiswa baru, beliau gass langsung memberikan kuliah umum sesuai dengan tema yang diusung. Beliau menyampaikan dalam bahasa Indonesia, sesekali menggunakan bahasa Malaysia yang cengkoknya melayu. Lalu dengan gamblang dan runtut beliau mengisahkan perjalanan panjang menunut ilmu seorang ulama yang bisa dijadikan panutan atau rujukan yaitu Imam Syafi'i.
Beliau mengisahkan kehidupan Imam Syafi'i dimasa kecilnya yakni dalam keadaan fakir hingga dewasa. Namun, kefakiran Syafi'i kecil tidak menjadikan dia rendah diri, tetapi dibarengi nasab yang mulia tinggi, akan menjadikan anak tersebut berperilaku lurus dan berperangai mulia (adab asor/akhlak mulia). Syafi'i kecil cenderung pada perkara-perkara yang mulia dan menjauhkan perkara-perkara rendah (maksiat) serta duniawi.
Perjuangan dan keteladan Imam Syafi'i dalam menuntut ilmu dimulai dari masa kanak-kanak. Imam Syafi'I dilahirkan pada tahun 150 H. Ibunda Syafi'i selalu mendorong putranya untuk menuntut ilmu. Ibunda Syafi'i betul-betul mendidik Imam Syafi'i kecil dengan bahasa Arab, sehingga beliaupun hafal Al-Qur'an dalam usia tujuh tahun. Kemudian beliau menuntut ilmu hadis dan menekuninya. Lalu menghafal kitab Muwattha' Imam Malik sehingga tampaklah kecerdasan dan kepiawaian beliau.