Mohon tunggu...
Eko Priadi
Eko Priadi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Hukum Bisnis Syariah UIN Maliki Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Shalat dan Karakter Pemuda

1 Juli 2013   05:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:11 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1372633115740806801

Sosok Pemuda: Antara Das Solen dan Das Sein Berbicara tentang pemuda, maka yang terbayang dalam benak kita adalah salah satu komponen masyarakat yang kuat, berani, cerdas, berakhlak mulia, bersemangat dan penuh dengan ide – ide cemerlang. Pemuda adalah kelompok masyarakat yang paling diharapakan perannya dalam membangun peradaban, melanjutkan perjuangan dan cita – cita mulia para pahlawan. Pemuda adalah generasi yang dibanggakan karena buah pendidikan yang dilakukan oleh generasi sebelumnya, dan menjadi teladan generasi dibawahnya. Dalam keadaan apapun, pemuda selalu menjadi tumpuan harapan umat akan sebuah masa depan yang lebih baik. Pemuda pada masa Rasulullah saw adalah teladan terbaik sepanjang masa. Oleh karena itu, jika kita membaca sirah sahabat, maka akan kita temukan betapa karakter yang paling menonjol dari para pemuda ketika itu adalah keimanan yang kuat, cinta kebenaran, akhlak yang mulia, semangat yang menggebu dalam menuntut ilmu, serta merasa mulia dan bangga sebagai seorang muslim. Karakter seperti inilah yang sulit ditemukan pada diri pemuda saat ini. Padahal, dakwah Islam tidak tegak pada masa Rasulullah saw kecuali dengan dukungan pemuda, bahkan sebagian besar para sahabat Rasulullah adalah para pemuda. Maka Allah pun menyanjung pemuda tangguh yang tidak mengalami jiwa kekanak-kanakan: Innahum fityatun aamanuu birabbihim wa zidnaahum hudaa, “mereka itulah para pemuda yang beriman kepada Rabb-nya, dan kami tambahkan petunjuk kepada mereka.” Namun sayangnya, kondisi pemuda saat ini tidaklah demikian, ada jurang pemisah yang sangat lebar antara das solen (yang seharusnya) dengan das sein (yang senyatanya), bak kata pepatah ‘jauh panggang dari api’. Sepertinya ada pergeseran orientasi para pemuda, dimana sebagian mereka kini lebih cenderung pada sikap hedonisme (berfoya–foya), pergaulan bebas, premanisme, penyalahgunaan narkoba, tidak serius dalam belajar, dan menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Bahkan dengan jujur harus kita akui, bahwa sebagian pemuda hari ini telah melenceng jauh dari nilai – nilai Islam. Allah swt telah memperingatkan kita tentang situasi dan kondisi pemuda saat ini dalam firman-Nya: “Maka datanglah sesudah mereka generasi yang Meninggalkan Shalat dan  Memperturutkan Hawa Nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan mereka tidak dirugikan sedikitpun.” (QS Maryam : 59 – 60) Dari ayat di atas, ada dua point penting yang membedakan antara pemuda saat ini dengan pemuda terdahulu, yaitu “meninggalkan shalat” dan “menuruti hawa nafsu”. Ternyata, ada keterkaitan yang erat antara shalat dan pengendalian hawa nafsu. Para pemuda terdahulu, mereka senantiasa menegakkan shalat, sehingga mereka mampu mengendalikan hawa nafsunya dan hal itu sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter yang baik pada diri mereka. Berbeda sekali dengan realita yang terjadi saat ini, dimana sebagian besar pemuda muslim banyak yang meninggalkan shalat bahkan menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak penting. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika para pemuda saat ini cenderung menuruti hawa nafsunya, dan itu sangat berpengaruh dalam membentuk karakter yang tidak baik pada diri mereka. Shalat, Sebuah Perjalanan Mencari Makna Shalat menduduki posisi yang sangat penting dalam Islam. Karena shalat adalah pilar agama ini (‘imaaduddin), shalat pula yang membedakan antara muslim dan kafir. Bahkan shalat merupakan hal pertama yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Sehingga, jika baik shalat seseorang, maka akan baik pula seluruh amal perbuatannya. Shalat merupakan wahana komunikasi langsung antara seorang manusia dengan Penciptanya. Ash-sholaatu mi’rajul mu’miniin, “shalat itu mi’raj-nya orang-orang mukmin”. Begitulah Rasulullah saw menggambarkan urgensi shalat bagi seorang mukmin. Maka dengan melaksanakan shalat, akan terbangun hubungan transendental antara seorang hamba dengan Allah swt, dimana seseorang akan merasakan kedekatan dengan Allah dan senantiasa merasa diawasi oleh-Nya. Kedekatan dengan Allah akan menumbuhkan sifat pemberani dalam diri seseorang, karena dia yakin bahwa Allah akan selalu bersamanya dan akan selalu memberikan pertolongan kepadanya. Sehingga, tidak ada satupun yang ditakuti dan diharapkan pertolongannya, kecuali hanya Allah, tuhannya. Adapun perasaan senantiasa diawasi  oleh Allah (muraqabatullah) akan menumbuhkan sifat kejujuran dalam diri seseorang. Karena ketika dia akan melakukan sesuatu yang menyeleweng, dia sadar bahwa Allah selalu melihat apa yang dikerjakannya kapanpun dan dimanapun dia berada,  walau tidak ada orang lain yang melihatnya. Jika demikian halnya, maka maha benarlah Allah dengan firmanNya: “Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar.” (QS Al-Ankabut : 45) Kemudian dengan melaksanakan shalat, seseorang akan menyadari betapa agungnya Allah swt, betapa besarnya kekuasaan Allah, betapa dahsyatnya kehebatan Allah dan betapa hina dirinya ketika berhadapan dengan Allah, sehingga dia sadar bahwa tidak ada satupun yang pantas disombongkan dan dibanggakan di dunia ini. Sehingga diapun menjadi pribadi yang tawadhu’ (rendah hati) terhadap sesama dan zuhud (tidak tamak) terhadap dunia. Shalat juga mendidik manusia menjadi disiplin dan tidak malas. Karena shalat merupakan ibadah yang telah ditentukan waktunya dalam sehari semalam, dan seorang muslim di tuntut untuk melaksanakannya tepat waktu. Sehingga dia harus mengatur waktunya dan melawan rasa malas dalam dirinya agar dapat melaksanakan shalat tepat waktu, bahkan di awal waktu. “Sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah shalat di awal waktu,” begitulah Rasulullah saw mengajarkan kepada kita. Selain itu, shalat yang dilakukan dengan khusyuk dan gerakan yang benar, dapat meningkatkan kecerdasan dan semangat dalam belajar. Karena gerakan shalat yang dilakukan dengan benar, akan melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh. Terutama ketika sujud, darah yang penuh oksigen akan lebih banyak mengalir ke otak, sehingga kinerja dan kemampuan otak akan semakin meningkat. Untuk dapat khusyuk dalam sholat, seseorang harus fokus dan berkonsentrasi penuh. Sehingga orang yang senantiasa melaksakan shalat, akan dapat lebih fokus dan berkonsentrasi ketika belajar. Orang yang melaksanakan shalat dengan benar dan khusyuk akan memperoleh ketenangan jiwa, dan ketenangan jiwa ini sangat mempengaruhi semangat, mood dan rasa optimisme seseorang dalam belajar. Kemudian Rasulullah juga memerintahkan kita untuk senantiasa shalat berjamaah. Jika shalat dimaknai sebagai hubungan vertikal kepada Allah, maka dengan berjamaah kita membagun hubungan horizontal dengan sesama manusia. Ketika shalat berjamaah di masjid, kita akan berinteraksi dengan beragam lapisan masyarakat dengan latar belakang usia, pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya yang berbeda satu dengan lainnya. Hubungan-hubungan seperti ini tentu akan semakin meningkatkan kecerdasan emosional seseorang. Dan hal ini menjadi penting, karena para pemuda sebagai calon pemimpin di masa mendatang, selain harus memiliki kekuatan spiritual dan kematangan intelektual, juga dituntut untuk memiliki kecerdasan emosional yang baik. Dan salah satu sarana untuk melatih kecerdasan emosional itu adalah dengan shalat berjamaah. Bahkan Rasulullah saw menjanjikan bahwa diantara golongan yang akan mendapat naungan Allah swt di akhirat nanti adalah para pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah, yang hatinya senantiasa terpaut kepada masjid. Dan Semua Itu Bermula Disini... Dari pemaparan di atas, maka jelaslah bahwa shalat memiliki peran yang sangat penting dalam membangun karakter pemuda yang beriman, cerdas dan bermoral. Jadi logikanya, karena pemuda adalah penopang sebuah bangsa, maka pemudanya haruslah memiliki karakter yang baik, dan bagaimana mungkin karakter yang baik itu akan terwujud jika para pemuda meninggalkan shalat? Oleh karena itu, merupakan kewajiban kita bersama untuk mengajak para pemuda untuk kembali menegakkan shalat, kembali pada nilai-nilai islam, dan semuanya itu harus dimulai saat ini, dari diri kita sendiri. Allahu a’lam bisshawab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun