Mohon tunggu...
Eka Sulistiyowati
Eka Sulistiyowati Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan

aku tahu rezekiku takkan diambil orang lain, karenanya hatiku tenang. aku tahu amal-amalku takkan dikerjakan orang lain, karenanya kusibukkan diri dengan beramal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Beri Aku Alasan

18 Maret 2019   10:51 Diperbarui: 18 Maret 2019   11:33 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Tujuh tahun bukanlah hitungan yang sedikit. Namun bukan juga hitungan yang banyak. Ini hanyalah sebuah proses yang harus dijalani. Bisa jadi didalamnya pernah ada sandiwara. Sandiwara dimana diriku lah yang menjadi aktrisnya. Sedangkan dirimu terlalu lugu untuk menjadi seorang aktor. Dirimu terlalu suci untuk berusaha menodai. Jelas, jika ada yang salah dalam pernikahan ini, itu adalah salahku.

===

Secangkir kopi sudah terhidang di depannya. Aku hanya menikmati aromanya dan aroma kopinya. Aromanya masih sama seperti dulu, aroma yang membuatku mabuk kepayang. Sedangkan kopi, aku jelas tidak bisa menikmatinya gegara maag yang kuderita.

"Apa kau bahagia, Intan?" tanyanya.

"Ya" jawabku.

"Apa kau berpura-pura lagi?" tanyanya menyelidik.

Matanya yang bulat sangat menawan dengan balutan kulit putihnya. Lelaki berhidung mancung itu tampak begitu mempesona. Aku merasa heran, mengapa dari sekian tahun terlewati, aku tetap tidak bisa mengalihkan pesonanya.

"Aku sungguh-sungguh" kataku menampik.

"Aku tidak melihat itu" 

Laki-laki itu dengan santainya menyulut batang rokok yang sedari tadi sudah berada diantara jemarinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun