Mohon tunggu...
Eka Sulistiyowati
Eka Sulistiyowati Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan

aku tahu rezekiku takkan diambil orang lain, karenanya hatiku tenang. aku tahu amal-amalku takkan dikerjakan orang lain, karenanya kusibukkan diri dengan beramal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Midodaren dan Joko Kentir

4 November 2018   02:43 Diperbarui: 4 November 2018   03:13 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sungguh,  kehidupan cinta itu tak seindah cerita roman picisan. 

Banyak jalan berliku yang harus dilalui untuk menghadirkan cinta sejati. 

Suasana di rumah Kembang hiruk pikuk.  Pasalnya esok hari Kembang akan menikah dengan Sugiho, juragan tembakau,  orang paling kaya di desa Ademayem. Dirinya akan dijadikan istri kelima. Bapak dan Emaknya Kembang mempersiapkan segala sesutunya dengan teliti.  Acara demi acara dilakukan besar-besaran,  mengingat banyaknya sumbangan dana dari Sugiho demi kelancaran pernikahannya nanti. 

Kali ini usai acara kirim doa agar pernikahannya besok berjalan lancar,Kembang menjalani ritual siraman.  Dalam adat jawa, siraman ini bukan hanya sekedar membersihkan badan,  melainkan juga membersihkan hati si calon pengantin agar semakin mantap menjalani pernikahan esok harinya. 

Pakdhe, Budhe, Paklik, dan Bulik semua kerabat Kembang berkumpul di rumah kediaman Kembang. Selain menyaksikan acara siraman mereka juga memberikan doa restu dan dukungan moril pada sang mempelai agar siap menjalani fase baru dalam kehidupannya. 

Bapaknya Kembang sudah memasang beleketepe (anyaman daun kelapa) sebagai tarub pada gerbang rumah. Pemasangan beleketepe ini dimaknakan sebagai akan adanya acara hajatan pada rumah tersebut. 

Setelah selesai memasang beleketepe Bapak dan Emak Kembang membuka tuwuhan, berharap si Kembang dapat memberikan keturunan dalam pernikahannya. 

Kembang menggunakan kemben warna merah.  Tampak cantik dengan pipi yang berwarna merah muda merona. Kembang mulai sungkem kepada kedua orangtuanya,  kemudian dilanjut acara siraman.  Bapak Kembang mengucurkan air dari sebuah kendi,  lalu Kembang membasahi dirinya dengan air kucuran tersebut. Air yang bercampur bunga bunga terasa sejuk menempel di badan Kembang. Baju kembennya pun basah,  tapi tak mengapa toh seusai ini dirinya akan menjalani prosesi midodaren. 

Kendi yang digunakan di acara siraman pun dipecahkan.  Ini berarti pecah pula pamor Kembang sebagai wanita dewasa yang mempesona. 

Usai acara siraman,  Kembang menjalani ritual midodaren.  Yaitu didandani cantik seperti bidadari.  Konon,  malam sebelum pernikahan bidadari kahyangan akan turun memberikan aura kecantikan bagi sang mempelai wanita. 

"Nduk,  ojo ngendi-ngendi yo,  aku arep njukuk dawet nang emakmu" kata perias Kembang (Nak,  jangan kemana mana ya,  aku mau ambil dawet dari Ibumu).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun