"Bang Rey...Aku mau cabut duluan ya" ucapku.
Laki-laki berambut ikal itu mengernyitkan dahi.
"Kamu serius?" tanyanya.
Aku mengangguk. Keputusan sudah diambil. Pembicaraanku seminggu lalu dengan Abang Rey benar adanya. Jika ada dua lelaki yang mendekatiku, dan siapa  duluan yang melamarku, aku akan menerimanya.
"Semoga Tuhan memberkati" kata Bang Rey, "Adek kesana naik apa?"
"Biasalah Bang, naik bus transjakarta. Murah meriah" sahutku.
Andai saja ada yang melihat parasku saat itu, yup aku berbunga-bunga. Mungkin sebentar lagi akan berpikir soal pernikahan. Tunggu, bukan nikah dengan Abang Rey, melainkan dengan lelaki yang saat ini sedang menungguku di pinggiran kota Jakarta, tepatnya di terminal Kalideres.
"Hati-hati di jalan ya Dek" kata Bang Rey.
Abang Rey ini lelaki yang luar biasa baiknya. Selama di perantauan dia selalu menjagaku. Menjaga dari orang-orang yang mungkin berpotensi untuk menyakitiku. Mungkin juga Abang Rey ini nantinya yang mencarikan jodoh untukku. Who knows? Ah, apa saja akan dilakukan Abang Rey untuk adiknya yang paling bandel ini.
Kutinggalkan kawasan Trunojoyo yang masih banyak orang menantikan undian Jalan sehat. Menaiki bus transjakarta dari wilayah blok M menuju terminal Kalideres.
Kau tahu, apa yang aku suka dari Jakarta, sekalipun sebenarnya aku sangat membencinya. Ya, angkutan bus transjakarta yang murah meriah. Hanya dengan tiga ribu lima ratus rupiah, dirimu bisa keliling kota padat penduduk ini, kota terbising, kota terpolusi.