Mohon tunggu...
Ekasakti Octohariyanto
Ekasakti Octohariyanto Mohon Tunggu... Profesional Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Kebijakan Kesehatan

Ekasakti Octohariyanto adalah seorang profesional di bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat serta kebijakan kesehatan, yang saat ini aktif menjabat Seksi SDMK di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta. Saat ini ia juga sebagai mahasiswa magister di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dengan peminatan Kebijakan dan Hukum Kesehatan, serta menjabat sebagai ketua angkatan pascasarjana FKM UI. Dalam perannya, Ekasakti mengedepankan visi pembangunan komunitas akademik yang berfokus pada kemajuan ilmiah, kontribusi sosial, dan kolaborasi strategis, yang ia konkretkan melalui misi yang dikenal dengan akronim KAPAL, SELAM, dan IMPIAN, sebagai peta jalan pengembangan kepengurusan mahasiswa pascasarjana. Selain itu, Ekasakti juga aktif dalam organisasi profesi dan advokasi kebijakan kesehatan, termasuk Akselerasi Puskesmas Indonesia (APKESMI), sebuah asosiasi nasional yang bergerak dalam peningkatan mutu layanan dan sistem akreditasi Puskesmas di Indonesia. Ia sering terlibat dalam penyusunan kebijakan strategis, seminar nasional, dan penguatan sistem manajemen SDM Kesehatan, serta menjadi bagian dari tim nasional yang mempersiapkan proses akreditasi ISQua bagi Lembaga Penyelenggara Akreditasi. Ekasakti memiliki minat kuat pada isu-isu pemerataan tenaga kesehatan, reformasi pembiayaan pelayanan primer, dan penguatan regulasi berbasis bukti, serta dikenal karena kemampuannya menyusun narasi strategis, policy brief, dan melakukan analisis kebijakan berbasis data lapangan dan penelitian ilmiah. Secara pribadi, ia dikenal sebagai figur yang memadukan pemikiran sistematis dengan keterlibatan sosial aktif di MPPK Ikatan Dokter Indonesia, Dewan Pakar MPP Ikatan Cendekiawan Muslim Se Indonesi (ICMI), Ikatan Alumni UI (ILUNI UI) tingkat Universitas, Fakultas bahkan Prodi dan berbagai Organisasi Masyarakat, Organisasi Pergerakan dan Kerelawanan tingkat nasional, menjadikannya inspirasi bagi generasi muda tenaga kesehatan yang ingin berkontribusi pada pembangunan sistem kesehatan nasional yang lebih adil, efisien, dan berpihak pada rakyat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Makar Organisasi: Saat Tangan yang Penah Bergandengan Menjadi Pisau yang Menikam

10 Agustus 2025   14:58 Diperbarui: 10 Agustus 2025   13:49 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Makar Organisasi

Di setiap organisasi, ada masa-masa di mana perbedaan pendapat muncul. Itu hal biasa. Perbedaan adalah tanda adanya dinamika, tanda bahwa orang berpikir dan peduli. Jika dikelola dengan bijak, perbedaan justru menjadi sumber kekuatan dan inovasi.

Namun, ada saatnya perbedaan tidak lagi berujung pada dialog, melainkan berubah menjadi makar---tindakan sistematis untuk melemahkan organisasi dari dalam, bahkan mendirikan organisasi tandingan.

Makar organisasi tidak terjadi dalam semalam. Ia lahir dari akumulasi ketidakpuasan yang tidak dibicarakan, ego yang dibiarkan membengkak, dan ambisi yang menutup mata terhadap nilai-nilai kebersamaan. Awalnya mungkin hanya bisik-bisik di sudut ruangan, obrolan kecil yang mengkritik pengurus. Lalu, perlahan menjadi rapat-rapat tertutup, perekrutan diam-diam, hingga akhirnya lahirlah sebuah organisasi baru---dibangun di atas puing-puing kepercayaan yang mereka hancurkan sendiri.

Masalahnya bukan pada membuat organisasi baru, sebab itu hak setiap orang. Yang menjadi noda sejarah adalah cara yang ditempuh: membawa kabar miring tentang organisasi lama, memecah belah anggota, merusak reputasi orang-orang yang dulu menjadi kawan seperjuangan. Seolah melupakan bahwa banyak pencapaian yang mereka banggakan hari ini dibangun di atas keringat dan pengorbanan bersama.

Tindakan seperti ini ibarat memotong dahan dari pohon yang masih kokoh, lalu mencoba menanamnya kembali di tanah asing. Mungkin terlihat gagah di awal, tetapi tanpa akar yang sehat, ia akan layu. Sebab kekuatan sebuah organisasi bukan hanya pada namanya, melainkan pada kepercayaan, solidaritas, dan nilai yang dijaga bersama.

Sejarah organisasi mencatat banyak contoh di mana makar seperti ini meninggalkan luka panjang. Tidak hanya memecah kekuatan, tetapi juga membuat masyarakat luar kehilangan rasa hormat. Sebab, siapa yang berani menusuk dari belakang, suatu saat bisa mengulanginya lagi---di tempat dan waktu yang berbeda.

Di akhir perjalanan, yang tersisa hanyalah pertanyaan sederhana: saat tangan kita dulu pernah bergandengan untuk membangun, mengapa kita memilih menggunakannya untuk menghancurkan? Dan jika kemenangan yang kita raih datang dari menjatuhkan kawan sendiri, apakah itu benar-benar kemenangan?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun