Mohon tunggu...
Eka Laras Widya Susiawan
Eka Laras Widya Susiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa Teknologi Radiologi Pencitraan Universitas Airlangga

Hi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Apakah Radioterapi Aman? Ini Peran Proteksi Radiasi

19 Juni 2025   09:15 Diperbarui: 19 Juni 2025   09:09 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1:Uji klinis menggunakan radioterapi ablasi (SABR/SBRT) untuk mengendalikan non-small cell lung cancer (NSCLC)

Sumber: Memorial Sloan Kettering Cancer Center (2023)

APAKAH RADIOTERAPI AMAN? INI PERAN PROTEKSI RADIASI!

Oleh: Eka Laras Widya Susiawan

Dosen Pengampu: Milaniawati Suwito,S.Tr.,Kes

D4 Teknologi Radiologi Pencitraan Fakultas Vokasi Universitas Airlangga

Radioterapi adalah salah satu terapi yang sering digunakan untuk mengobati kanker. Radioterapi dapat secara efektif mengontrol pertumbuhan tumor dengan menggunakan radiasi ionisasi untuk menghancurkan sel-sel kanker. Meskipun sangat efektif, radioterapi juga mempunyai sisi lain yang harus dikelola dengan baik yaitu, risiko terhadap jaringan sehat yang berada di sekitar tumor. Radiasi ini bisa mengenai jaringan normal apabila tidak diarahkan dengan tepat. Maka dari itu, upaya proteksi radiasi penting dalam praktik klinis baik untuk keselamatan pasien, tenaga medis, ataupun lingkungan sekitar.

Proteksi radiasi bertujuan untuk meminimalkan paparan yang tidak perlu dari radiasi pengion dengan tetap mempertahankan efektivitas terapi. Proteksi radiasi berlaku bagi semua yang terlibat antara lain, pasien yang menerima terapi, tenaga kesehatan yang terlibat dan orang-orang yang berada di sekitar lokasi terapi. Terdapat tiga prinsip utama yang telah ditetapkan oleh International Commission on Radiological Protection (ICRP) yang berisi Justifikasi, Optimisasi, dan Limitasi Dosis. Justifikasi berarti setiap prosedur yang menggunakan radiasi harus mempunyai manfaat yang lebih besar dibandingkan resiko yang akan timbul. Lalu Optimisasi dimana mengharuskan agar dosis radiasi yang digunakan sekecil mungkin dengan tujuan terapi tercapai. Sedangkan prinsip Limitasi Dosis umumnya berlaku pada tenaga medis dan lingkungan, batas dosis tahunan yang sudah ditetapkan oleh Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 4 Tahun 2013 adalah 20 milisievert per tahunnya untuk pekerja radiasi. Dengan adanya peraturan ini merupakan salah satu upaya BAPETEN untuk memastikan pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia dengan memperhatikan upaya keselamatan dan proteksi radiasi, sesuai dengan Commission on Radiological Protection (ICRP).

Dalam pelaksanaan radioterapi, upaya proteksi dimulai sejak tahap perencanaan. Perencanaan terapi ini dilakukan dengan bantuan citra CT Scan atau MRI agar dapat menentukan lokasi, ukuran, dan bentuk tumor secara akurat. Hal ini sangat membantu dalam merencanakan dosis radiasi yang diperlukan dengan lebih akurat, sekaligus meminimalkan dosis yang diterima oleh jaringan sehat di sekitarnya. Contohnya, pemanfaatan teknik radiasi yang lebih maju seperti intensitas dimodulasi (IMRT) dan radiasi berbasis proton mendapat potensi besar dalam memberikan dosis yang lebih besar pada tumor dengan melindungi jaringan normal.

Di sisi lain, terdapat prosedur radioterapi yang mencakup penggunaan protesis radioterapi. Protesis radioterapi adalah perangkat prostetik yang digunakan dalam konteks radioterapi kepada pasien yang terkena kanker, terutama bagi pasien kanker yang menjalani pengobatan pada area kepala dan leher. Tujuan utamanya adalah mengurangi paparan radiasi pada jaringan sehat. Apabila kita memilih protesis yang sesuai berdasarkan tipe kanker, dokter dapat memilih protesis yang sesuai berdasarkan lokasi dan tipe kanker. Dalam penelitian Wang (2023) menunjukkan bahwa menjaga jarak sekitar 10 mm dari sumber radiasi dapat efektif dalam mengurangi dosis yang diterima oleh jaringan sehat.

Sebagai hasil dari upaya proteksi radiasi ini banyak penelitian menunjukkan bahwa penerapan prinsip-prinsip proteksi radiasi tidak hanya meningkatkan keselamatan pasien, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan hasil terapi secara keseluruhan. Contohnya, dengan penerapan prinsip ALARA, dokter bisa menurunkan efek samping dan meningkatkan kualitas hidup pasien pasca terapi (Rosen, 2015).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun