Mohon tunggu...
Eka DianAnggraeni
Eka DianAnggraeni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Keperawatan

Mahasiswa FIK UI

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Tidak Hanya Dokter, Perawat pun Ada yang Spesialis

17 Desember 2021   21:19 Diperbarui: 5 Februari 2023   19:03 2276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pandemi COVID-19 banyak membawa perubahan dalam setiap inchi kehidupan manusia. Pandemi ini juga membuat orang-orang yang bekerja di dunia kesehatan lebih mendapatkan sorotan misalnya saja dokter dan perawat. Masyarakat umumnya mungkin sudah tidak asing mendengar adanya “dokter spesialis” entah itu dokter spesialis anak, dokter spesialis penyakit dalam dan lainnya. Namun, bagaimana dengan “ners spesialis”? Rasanya penggunaan “ners” untuk menyebut perawat di rumah sakit saja masih jarang ditemui di Indonesia.

Ners sendiri merupakan tittle atau gelar resmi kepada perawat di Indonesia yang telah menyelesaikan pendidikan profesi. Dalam praktiknya, penggunaan kata ners belum umum di masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia lebih sering menggunakan panggilan suster kepada seluruh perawat tanpa melihat jenjang pendidikannya.

Sebelum lebih lanjut membahas tentang ners dan ners spesialis, kita harus berkenalan dahulu dengan perawat. Apa itu perawat? Mengutip Pusdatin Kemenkes (2017), perawat adalah lulusan dari pendidikan tinggi yang mendapat pengakuan dari pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perawat merupakan orang yang memberikan asuhan kepada individu, keluarga ataupun msyarakat dalam keadaan sehat maupun sakit. Perawat menjadi salah satu tenaga kesehatan yang paling sering dan paling lama mendampingi pasien, hampir 24 jam dalam 7 hari. Perawat merupakan profesi, oleh karenanya untuk menjadi perawat membutuhkan pendidikan dan pelatihan khusus dari lembaga resmi yang ditunjuk negara.

Perawat yang umumnya ditemui masyarakat di rumah sakit merupakan perawat vokasi dan perawat profesi. Hal ini dibuktikan dengan persentase perawat non Ners yang merupakan perawat vokasi mencapai 77,56% sedangkan perawat profesi yaitu Ners presentasenya berkisar 10,84% (Pusdatin, 2017). Perawat vokasi merupakan lulusan program diploma dengan gelar AMD.Kep atau Ahli Madya Keperawatan. Perawat profesi atau Ners merupakan lulusan pendidikan program sarjana yang diikuti dengan pendidikan program profesi (Lestari,2014). Tentunya sebelum mulai melakukan praktik keperawatan, baik perawat vokasi maupun perawat profesi harus lulus dari Ujian Kompetensi terlebih dahulu lalu memiliki STR (Surat Tanda Registrasi) dan juga SIPP (Surat Izin Praktik Perawat). Barulah setelah itu perawat vokasi dan ners bisa bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Bahkan membuka praktik mandiri keperawatan bagi perawat profesi atau ners. 

Lantas, apakah pendidikan untuk perawat berhenti di sana? Tentu tidak. Perkembangan ilmu pengetahuan terus terjadi, tentunya ilmu keperawatan pun demikian. Perawat harus terus meningkatkan kualitas dirinya demi kualitas asuhan yang lebih baik. Salah satu caranya adalah dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Seorang ners bisa menjadi ners spesialis dengan melanjutkan pendidikan ke program magister lalu dilanjutkan dengan pendidikan profesi spesialis. Jumlah perawat spesialis di Indonesia masih sedikit. Berdasarkan data Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia, Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2017, ners spesialis baru berkisar 6,42% dari keseluruhan jumlah perawat di Indonesia (Pusdatin, 2017).

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, ners spesialis merupakan ners yang telah menyelesaikan program magister dan program profesi spesialis. Program magister sendiri adalah program pendidikan akademik keperawatan pascasarjana yang lulusannya diharapkan dapat menggunakan, menguasai dan turut mengembangkan Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) beserta dengan penerapannya. Selain itu lulusan program magister keperawatan ini diharapkan mampu melakukan penelitian atau kegiatan ilmiah lain untuk memecahkan masalah di bidang keperawatan. Terakhir, pendidikan magister ini diharapkan dapat mencetak perawat yang mampu meningatkan kinerja professional dirinya  (Lestari, 2014). Tujuan dari penyelenggaraan program magister keperawatan yaitu mempersiapkan perawat untuk mengambil peran lebih lanjut baik dalam administrasi, klinis maupun pengajaran (Berman, Snyder, dan Frandsen, 2016). Hal ini didukung dengan pernyataan Wilkinson et al (2016) yang menyatakan lulusan dari program magister keperawatan dimaksudkan agar perawat menjadi lebih mandiri dan memiliki otonomi misalnya dengan menjadikan perawat spesialis, pendidik, dan bagian administrasi keperawatan. Peminatan dalam program magister ini berbeda-beda di setiap Universitas atau lembaga penyelenggara. Sebagai contoh, di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) pada tahun 2021 terdapat delapan peminatan dalam program magister. Peminatan tersebut di antaranya adalah kepemimpinan dan manajemen keperawatan, medikal bedah, maternitas, anak, gerontik, komunitas, jiwa, dan onkologi (Nursing UI, 2021)

Lama pendidikan magister keperawatan ini umumnya ditempuh dalam 4 semester atau 2 tahun. Setelah menyelesaikan program pendidikan magister keperawatan, seorang perawat atau ners akan mendapat gelar M.Kep. Namun, ia belum bisa disebut sebagai ners spesialis, ia masih harus mengikuti program pendidikan lanjutan yaitu program profesi spesialis. Jika program magister ditempuh dalam kurun 2 tahun, program profesi spesialis ini umumnya dilaksanakan dalam jangka 1 tahun atau 2 semester. Sama seperti program magister, program profesi spesialis yang tersedia tergantung pada lembaga pendidikan yang menyelenggarakan. Program spesialis keperawatan yang sudah ada di Indonesia saat ini di antaranya adalah spesialis keperawatan anak, spesialis medikal bedah, spesialis jiwa, spesialis maternitas, dan spesialis komunitas. Hampir semua program tersebut hanya terselenggara di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI). Selain FIK UI, universitas lain yang menyelenggarakan program spesialis keperawatan adalah Universitas Muhammadiyah Jakarta dengan pembukaan program spesialis keperawatan medikal bedah dan komunitas pada tahun 2019 lalu (Casman et al, 2020).

Dapat dikatakan penyelenggaraan pendidikan keperawatan di Indonesia masih dalam proses penataan, dan memerlukan waktu yang panjang untuk mencapai keadaan ideal. Tentunya hal ini juga akan berpengaruh pada pendidikan spesialis keperawatan yang diselenggarakan di Indonesia. Keberadaan ners spesialis memang belum sebanyak dokter spesialis sehingga masih jarang diketahui oleh masyarakat awam. Untuk itu, diharapkan semakin banyak institusi pendidikan yang dapat membuka program pendidikan spesialis agar jumah perawat spesialis di Indonesia dapat bertambah. Bertambahnya jumlah ners atau perawat spesialis diharapkan mampu meningkatkan kualitas keperawatan di Indonesia.

Referensi :

Nursing UI. (2021). Magister ilmu keperawatan. Diakses dari https://nursing.ui.ac.id/magister-ilmu-keperawatan-2/

Kemenkes RI (2017). Infodatin: Pusat data dan informasi. Diakses dari  https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infoda     tin-perawat-2017.pdf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun