Mohon tunggu...
Eka Dewi Sisri Listianti
Eka Dewi Sisri Listianti Mohon Tunggu... Programmer - Share Ideas and Experiences

Peminat sosial budaya yang menekuni bidang teknologi informasi. Sesekali mengikuti kegiatan kerelawanan dan pergi ke alam bebas.

Selanjutnya

Tutup

Film

"The Social Dilemma", Raksasa Itu Bernama Media Sosial

13 November 2020   17:42 Diperbarui: 13 November 2020   22:43 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu lalu, saya baru saja menonton salah satu film dokumenter dari Netflix yang berjudul "The Social Dilemma". Film tersebut menceritakan mengenai dampak negatif dari adanya media sosial, mulai dari hal kecil sampai hal besar seperti mengganggu stabilitas negara. Saya cukup tertarik dengan isu ini, terlebih setelah menjadi mahasiswa IT dan tahu bisnis apa yang berjalan di balik sistem.  

Sistem bekerja dengan algoritmanya untuk membuat pengguna terus berada di dalamnya. Sistem juga membaca setiap interaksi kita, memprediksi keinginan kita, dan tahu apa yang harus ditawarkan kepada kita. Ungkapan bahwa media sosial menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh, tergambar jelas dalam film ini.

Film ini juga membahas mengenai hoaks yang beredar di media sosial. Setiap orang di media sosial kini telah berubah menjadi media yang independen. Semua orang bisa membagikan konten apapun yang mereka kehendaki. Sehingga menjadi wajar bahwa kebenaran berita di media sosial menjadi sulit kita deteksi. Pada gilirannya, berita-berita tersebut akan mudah sekali menimbulkan perpecahan yang mengancam stabilitas negara.

Tidak hanya sampai di situ, media sosial lebih jauh lagi telah mempengaruhi psikis banyak orang. Kita dipaksa untuk menyaksikan kehidupan orang lain yang terlihat selalu menyenangkan, sampai akhirnya kita merasa hidup kita tidak berharga. Kita juga bisa dikendalikan oleh jumlah viewers dan likes yang kita terima di media sosial hingga mengakibatkan generalized anxiety disorder (GAD) atau gangguan kecemasan umum. Penyakit GAD sendiri dijelaskan dalam film telah mempengaruhi sekitar 3 persen penduduk di Amerika Serikat.

Menariknya, film ini juga menyuguhkan cerita dari para narasumber yang pernah bekerja di perusahaan media sosial seperti Facebook dan Google. Salah satu narasumber tersebut adalah Tristan Harris. 

Dia adalah seorang mantan Ahli Etika Desain Google yang mengembangkan kerangka kerja tentang bagaimana teknologi seharusnya secara etis mengarahkan pikiran dan tindakan manusia melalui layar. Misi Tristan adalah untuk mengembalikan penurunan kualitas manusia dan menyelaraskan kembali teknologi dengan kemanusiaan. Karyanya telah membawanya berbicara pada banyak forum dan dia menjadi salah satu dari '25 Orang yang Membentuk Dunia' menurut majalah Rolling Stone.

Saya sangat merekomendasikan film ini dan juga mengajak teman-teman semua untuk sama-sama peduli dengan ancaman dari sebuah raksasa bernama media sosial.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun