Diam Bukan Solusi: Saatnya Bersatu Melawan Kekerasan
Dalam kehidupan masyarakat kita, kekerasan kerap kali dianggap sebagai urusan pribadi, aib keluarga, atau sesuatu yang sebaiknya tidak dibicarakan. Ungkapan "diam itu emas" sering dijadikan alasan untuk tetap bungkam saat menyaksikan atau mengalami kekerasan. Namun, dalam konteks kekerasan---baik di rumah, sekolah, tempat kerja, maupun ruang publik---sikap diam justru dapat memperkuat posisi pelaku dan memperpanjang penderitaan korban. Sudah saatnya kita mengubah cara pandang: dalam menghadapi kekerasan, diam bukanlah emas, melainkan luka yang dibiarkan tanpa pengobatan. Dibutuhkan keberanian untuk bersuara dan tindakan nyata demi menghentikan kekerasan yang semakin meluas.
Kekerasan hadir dalam berbagai bentuk---fisik, verbal, emosional, hingga kekerasan berbasis digital. Korban tidak hanya mengalami penderitaan secara fisik, tetapi juga kehilangan rasa aman, harga diri, dan kepercayaan terhadap lingkungan sekitarnya. Sayangnya, banyak korban memilih untuk tidak bersuara karena diliputi rasa takut, malu, atau khawatir tidak akan dipercaya. Di sinilah tantangan besar muncul, terutama ketika lingkungan sekitar juga memilih untuk tidak peduli.
Kita masih hidup dalam budaya yang secara sadar maupun tidak, cenderung menyalahkan korban dan melindungi pelaku. Perundungan di sekolah yang ditutup-tutupi, kekerasan dalam rumah tangga yang dianggap "masalah keluarga", hingga pelecehan di ruang publik yang dipandang "biasa saja"---semuanya menunjukkan bahwa sikap diam bukanlah sikap netral. Diam justru bisa menjadi bentuk keberpihakan yang tidak disadari terhadap kekerasan.
Perubahan hanya akan terjadi jika semakin banyak orang berani menyuarakan kebenaran. Korban perlu didukung agar merasa aman dan berdaya dalam menceritakan pengalamannya. Para saksi dan masyarakat luas juga harus berperan aktif dalam melaporkan kasus kekerasan dan memberi perlindungan kepada para korban. Lembaga pendidikan, media, serta pemerintah perlu mengambil bagian penting dalam membangun budaya anti-kekerasan melalui edukasi, kebijakan yang berpihak pada korban, serta penegakan hukum yang adil dan tegas.
Kekerasan tidak akan pernah berakhir jika suara-suara yang ingin menghentikannya terus dibungkam. Kini saatnya kita menyadari bahwa keberanian untuk bersuara dan bertindak adalah wujud kepedulian yang paling nyata. Dalam melawan kekerasan, diam bukanlah emas---melainkan bentuk pengabaian terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Mari kita jadikan suara sebagai kekuatan, dan aksi kita sebagai perlindungan bagi mereka yang membutuhkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI