Mohon tunggu...
Egi Sukma Baihaki
Egi Sukma Baihaki Mohon Tunggu... Penulis - Blogger|Aktivis|Peneliti|Penulis

Penggemar dan Penikmat Sastra dan Sejarah Hobi Keliling Seminar

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Balsem Lang dan Kerokan, Dua Sejoli Tak Terpisahkan

27 Oktober 2017   22:13 Diperbarui: 28 Oktober 2017   04:12 2334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasiana Nangkring bersama Balsem Lang dengan Tema

Sejarah Panjang Kerokan

Tidak ada literatur yang jelas mengenai asal-usul kerokan, bahkan dalam dunia medis belum ada kajian secara mendalam mengenai definisi dan sejarah kerokan. Akan tetapi, kerokan atau disebut juga kerikan merupakan pengobatan tradisional yang sudah mengakar sejak zaman nenek moyang kita.

Oleh karena itu, kerokan sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Kerokan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia, bahkan mungkin saja di  antara kita pernah mengerok orang atau dikerok. Kerokan bukan hanya dikenal atau dilakukan oleh orang tua atau pekerja saja, tapi pengobatan ini telah dilakukan oleh semua golongan. Bahkan, sejak bayi atau balita, biasannya orang tua pernah mengerok anaknya saat anak tersebut mengalami sakit dengan menggunakan bawang merah.

Kerokan atau kerikan juga ada di Vietnam, Thailand dan Indonesia ada kemiripan, yang berbeda adalah pola-pola kerokannya. Pengobatan berupa kerokan di beberapa negara tersebut termasuk di Indonesia, berbeda dengan pengobatan tradisional ala Tiongkok yang disebut "Gua Sha". Pada "Ghua Sha" alat yang digunakan sebagai media pengobatan adalah tanduk kerbau atau dengan batu giok, anggota tubuh yang dikerok juga tidak sembarang. Bagian yang tubuh yang dilakukan "Ghua Sha" bukanlah seluruh tubuh, tapi hanya pada bagian dari titik-titik saraf tertentu sesuai dengan jenis penyakit yang sedang dirasakan. Pengobatan tersebut tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang dan di sembarang tempat. Berbeda dengan kerokan yang bisa dilakukan oleh siapa pun dan di manapun.

Sejak kecil saya sudah terbiasa dikerok menggunakan bawang merah saat perut terasa sakit atau meriang oleh orang tua. Ketika beranjak dewasa pun, saat kondisi tubuh kurang mengenakan apalagi saat masuk angin dan sakit kepala, kerokan menjadi resep jitu yang mampu menyegarkan kembali.

Para Narasumber: Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo bersama Bapak Donnis Halim dan dimoderatori oleh Mba Glory Oyong. Dok. Pribadi
Para Narasumber: Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo bersama Bapak Donnis Halim dan dimoderatori oleh Mba Glory Oyong. Dok. Pribadi
Hilangkan Kekhawatiran Terhadap Kerokan

Meski tidak asing lagi dengan kerokan, kadang kita masih dihantui rasa ragu dan waswas saat akan melakukan kerokan. Ada paradigma dalam pikiran kita bahwa kerokan tidak menyehatkan secara medis dan dapat menyebabkan pori-pori kulit menjadi pecah. Bahkan, di masyarakat banyak mitos-mitos yang dikaitkan dengan kerokan seperti ibu hamil tidak boleh dikeroki, nanti anaknya terlahir belang-belang dan angin duduk tidak boleh dikerok nanti menyebabkan seseorang meninggal dunia.

Kerokan memang masih pro kontra dalam dunia medis. Tidak sedikit tenaga medis yang secara terang-terangan tidak menganjurkan untuk melakukan kerokan. Terlepas dari ketidaksetujuan tersebut, di sisi lain ternyata ada penelitian yang dilakukan oleh Prof Dr. Didik Gunawan Tamtomo, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Solo (UNS) telah memberikan jawaban secara ilmiah terhadap berbagai kekhawatiran yang menghantui masyarakat saat akan melakukan kerokan.

Pola Kerokan yang dianjurkan oleh Peneliti. Dok. Presentasi Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo
Pola Kerokan yang dianjurkan oleh Peneliti. Dok. Presentasi Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo
Menurut Prof Dr. Didik Gunawan Tamtomo, bagian mana saja boleh dikerok seperti punggung, dada hingga perut. Tetapi khusus bagian leher depan tidak dianjurkan meskipun banyak digemari orang, karena pada bagian depan leher terdapat tulang-tulang yang rawan. Selain itu juga tidak dianjurkan setelah melakukan kerokan mandi dengan menggunakan air dingin. Posisi saat mengerok yang juga dianjurkan adalah miring 45 derajat.

Kerokan merupakan pengobatan yang mudah dan murah, dapat dilakukan di manapun, kapan pun, oleh siapa pun dan menggunakan alat-alat yang mudah diperoleh dan murah seperti benggol, uang koin, kayu, sendok dan bawang merah. Berdasarkan tahapan-tahapan penelitian Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo di Solo, 90% orang mengenal kerokan dan 85 % merasakan manfaatnya. Ia juga membuktikan bahwa kulit yang telah dikerok tidak berlubang atau mengalami kerusakan sebagaimana yang dikhawatirkan banyak orang selama ini.

Balsem Lang Teman Setia Kerokan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun