Mohon tunggu...
Eggy Gustyandhana
Eggy Gustyandhana Mohon Tunggu... -

mahasiswa atmajaya yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kontroversi Brent Spar

2 Maret 2015   21:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:16 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Shell, sebagai perusahaan internasional yang bergerak dalam bidang pertambangan minyak, yang dipandang oleh orang-orang pemerhati lingkungan, dipandang sebagai sebuah perusahaan yang dalam produksinya tidak memperhatikan aspek-aspek lingkungan. Pertambangan minyak identik dengan berbagai isu tentang pencemaran lingkungan serta pengerusakan alam, seperti contoh pembuangan limbah-limbah minyak yang berisi zat berbahaya dan dapat meracuni apapun yang hidup di laut. Dan sudah barang tentu, bahwa hal yang berkaitan dengan isu lingkugan tersebut akan mengurangi daya jual merek Shell, untuk itu Shell mulai bergerak untuk menjadi lebih “hijau”.

Shell menerapkan program risk communication yaitu sisa-sisa limbah pendaur ulangan minyak ditempatkan dalam sebuah wadah penyimpanan yang dinamakan Brent Spar dan kemudian dibuang ke dasar laut sebagai upaya untuk pembuangan limbah yang lebih ramah lingkungan. Selain tidak berdampak buruk terhadap lingkungan, sekaligus tidak mengeluarkan biaya terlalu banyak. Namun sebelum dilaksanakannya program ini, para pemerhati lingkungan berspekulasi bahwa program yang dibuat oleh Shell masih belum cukup untuk mengurangi dampak pengerusakan lingkungan akibat pembuangan limbah minyak.

Greenpeace, sebagai kelompok pemerhati lingkungan, memandang bahwa apa yang dilakukan oleh Shell belum memenuhi bila ingin disebut sebagai gerakan yang mengurangi dampak pengerusakan lingkungan. Greenpeace serta masyarakat yang tinggal didaerah dekat lautan tempat dimana Shell membuang limbah-limbahnya, merasa takut bahwa limbah yang dibuang tersebut akan mencemari lautan. Dengan demikian, Greenpeace melakukan boikot terhadap SPBU Shell di daerah Jerman, Belanda, dan Skandinavia, serta Greenpeace mengajak petinggi-petinggi Uni Eropa untuk menangani kasus terkait pembuangan limbah yang dilakukan Shell.

Padahal program yang dijalankan oleh Shell sudah dapat dikatakan sebagai sebuah program yang berbasis lingkungan. Shell menegaskan bahwa limbah yang dibuang ke dasar lautan itu aman, tidak akan mengkontaminasi lautan dimana limbah tersebut dibuang. Beberapa instansi seperti Departemen Perdagangan dan Industri (DTI), dan Organisasi Maritim Internasional telah menyetujui pembuangan limbah ke dasar laut sebagai program yang tidak membahayakan laut. Pemerintah Inggris pun turut serta dalam upaya untuk meyakinkan bahwa program yang dilakukan oleh Shell tidak berbahaya bagi lingkungan. Namun Greenpeace menyatakan bahwa pembuangan limbah yang lebih aman yaitu bukan di lautan, tetapi di daratan. Pembuangan limbah di daratan memang lebih ramah lingkungan, tetapi biaya yang dikeluarkan akan jauh lebih besar ketimbang pembuangan di dasar lautan, serta prosesnya pun enam kali lebih berbahaya dari pembuangan ke dasar lautan, terutama berbahaya bagi pekerjanya.

Beberapa SPBU Shell telah ditutup di sebagian negara Eropa, petinggi Uni Eropa pun ikut mengecam program yang dilakukan oleh Shell, yang menyiratkan bahwa program risk communication Shell tidak berjalan dengan baik atau dapat dikatakan gagal. Beberapa pihak mungkin menyetujui langkah yang dibuat Shell, namun lebih banyak pihak yang menyatakan tidak setuju atas nama menjaga kelestarian lingkungan. Greenpeace yang semula adalah kelompok yang kecil, kemudian mencari dukungan lain seperti petinggi Uni Eropa serta masyarakat Eropa dan bantuan media yang selalu mengembar gemborkan isu permasalahan lingkungan yang diahadapi Shell, yang pada akhirnya dapat mengalahkan perusahaan sebesar Shell. Menjadi contoh risk communication yang gagal.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun