Mohon tunggu...
Egalita Zahro Athirah
Egalita Zahro Athirah Mohon Tunggu... Mahasiswa Prodi Akuntansi FEB ULM

Mahasiswa S1 Akuntansi FEB ULM

Selanjutnya

Tutup

Nature

Revitalisasi Sungai Martapura sebagai Investasi Peradaban: Napas Baru untuk Kota Banjarmasin dari Kacamata Mahasiswa

7 Agustus 2025   18:00 Diperbarui: 8 Agustus 2025   19:09 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kota Banjarmasin telah lama dikenal sebagai "Kota Seribu Sungai" julukan yang tidak hanya indah, tetapi juga memiliki makna yang dalam. Sungai-sungai yang terdapat di kota ini, terutama Sungai Martapura, bukan hanya jalur utama untuk transportasi dan berdagang, tetapi juga ruang hidup yang terikat dengan budaya, sejarah, dan identitas masyarakat Banjarmasin. Namun, sebagai generasi muda yang tumbuh di tengah pengaruh kota yang semakin berkembang dan modernisasi, kami menyaksikan langsung bagaimana fungsi dari sungai ini perlahan kehilangan fungsinya. Alih-alih menjadi pusat kehidupan, Sungai Martapura kini justru berubah menjadi saluran pembungan besar. Sampah dari rumah tangga, limbah dari kegiatan ekonomi, serta rendahnya kesadaran masyarakat yang membuat kualitas air terus menurun dari tahun ke tahun. Permukiman yang padat dan mengelilingi bantaran sungai menyebabkan aliran air terganggu, bahkan memicu banjir saat musim hujan tiba. Sebagai mahasiswa, kondisi ini menjadi tamparan sekaligus ajakan untuk tidak berdiam diri.

Revitalisasi Sungai Martapura adalah langkah penting yang harus didukung oleh semua pihak, bukan hanya sebagai proyek pembangunan fisik, melainkan sebagai proses pemulihan identitas. Kita harus mengakui denga jujur bahwa dalan beberapa dekade terakhir, Masyarakat, termasuk generasi muda, semakin menjauh dari sungai. Aktivitas sosial, ekonomi dan budaya kini lebih mengarah ke daratan. Bahkan dalam bayangan anak-anak generasi sekarang, sungai hanya dikenal sebagai tempat yang kotor yang tidak layak disentuh, padahal sungai pernah menjadi tempat untuk mandi, mencuci berdagang, dan bersosialisasi. Saat sungai kehilangan fungsinya, ekonomi berbasis komunitas ikut menurun. Maka revitalisasi harus dilihat sebagai jalan untuk menghidupkan kembali ekonomi tradisional dan inklusif yang dulu menjadi kekuatan Banjarmasin. Sebagai mahasiswa, kami melihat adanya kesenjangan yang besar antara nilai sejarah sungai dan kondisi hari ini. Kurangnya literasi lingkungan dan sejarah lokal membuat generasi muda kehilangan hubungan emosional dengan ekosistem sungai. Maka dari itu, revitalisasi tidak cukup hanya mengandalkan alat berat dan proyek betonisasi, tetapi juga harus disertai perubahan pola piker dan budaya.

Mahasiswa tidak hanya menjadi agen perubahan di sekitar kampus, tetapi juga di masyarakat luas. Di era digital ini, kami memiliki akses ke berbagai pengetahuan, jaringan, dan media untuk mengedukasi serta memotivasi partisipasi masyarakat dalam program revitalisasi. Banyak inisiatif yang dapat diambil, mulai dari kampanye peningkatan terhadap kesadaran lingkungan, melakukan riset mengenai pengelolaan limbah ramah lingkungan, hingga melakukan kerja sama lintas disiplin untuk merancang tata ruang sungai yang adil bagi semua pihak. Program Kuliah Kerja Nyata (KKN), kegiatan pengabdian masyarakat, dan komunitas pecinta lingkungan di berbagai kampus bisa menjadi pendorong utama dalam mendorong partisipasi masyarakat. Misalnya, dengan melakukan Program KKN di Kelurahan Sungai Jingah, Banjarmasin Utara, Kelurahan Mantuil, Banjarmasin Selatan, dan Kelurahan Alalak Tengah, Banjarmasin Utara. Lokasi-lokasi ini Merupakan daerah padat penduduk dengan potensi besar untuk pengembangan UMKM berbasis air dan edukasi kebersihan sungai. Kami percaya bahwa upaya pelestarian lingkungan ini perlu melibatkan warga secara aktif.

Di samping itu, peran mahasiswa sebagai pengawas penting untuk diperhatikan. Pengawasan terhadap proyek revitalisasi harus dilakukan secaa kritis agar tidak jatuh pada pembangunan simbolik yang hanya berfokus pada tampilan luar. Sementara mengabaikan aspek ekologis dan sosial di sekitarnya. Mahasiswa dari bidang ekonomi dan teknik dapat mendorong penelitian terkait pemanfaatan Sungai sebagai pusat ekonomi baru. Sebagai contoh, pengembangan UMKM di tepian sungai, sistem logistik air yang efisien dan hemat biaya. Hingga program wisata berbasis budaya lokal. Melalui penelitian dan inovasi, mahasiswa dapat berkontribusi merancang skema ekonomi berkelanjutan hasil revitalisasi. Kami ingin revitalisasi secara menyuluruh, tidak mengusir masyarakat pinggir sungai, melainkan memberikan alternatif tempat tinggal yang layak dan manusiawi.

Revitalisasi Sungai adalah sebuah investasi jangka panjang bagi peradaban kota, bukan sekedar pengeluaran. Sungai yang bersih dan berfungsi dengan baik akan meningkatkan ekosistem lokal, memperbaiki kualitas udara, serta memperbaiki sanitasi lingkungan. Selain daripada itu, sektor pariwisata juga akan mengalami perkembangan signifikan dengan hadirnya wisata air yang dapat dinikmati dan berkelanjutan. Kota Banjarmasin memiliki peluang besar untuk menjadi contoh kota modern tanpa kehilangan identitas aslinya. Bayangkan jika tepian tepian Sungai Martapura disulap menjadi ruang terbuka hijau, yang disertai jalur pejalan kaki, tempat duduk publik, dan ruang seni terbuka. Bayangkan juga pasar terapung yang ditata ulang dengan baik tetapi tetap mempertahanlan cita rasa tradisionalnya. Semua ini dapat terwujud jika kita memulainya dengan visi yang kuat dan kerjasama yang tulus.

Kami, mahasiswa, tidak menutup mata atas upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah kota dalam memelihara Sungai Martapura. Namun, kami juga mengaharapkan kebijakan dan proyek yang dijalankan akan akan lebih terbuka, partisipatif, dan melibatkan suara masyarakat, termasuk pemuda dan pelajar. Transparansi anggaran, keberlanjutan program, serta evaluasi berbasis data harus menjadi landasan utama. Bagi masyarakat luas, sudah waktunya kita berhenti menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan sampah. Sungai bukan tempat sampah, tetapi makhluk hidup yang memiliki peran ekologis dan sosial yang penting. Edukasi sejak dini, mulai dari keluarga dan sekolah, harus menanamkan rasa cinta dan bertanggung jawab terhadap sungai.

Revitalisasi Sungai Martapura tidak hanya merupakan tentang mengembalikan kekuatan dari masa lalu, tetapi menciptakan masa depan baru yang berakar pada kearifan lokal. Sebagai mahasiswa, kami berinisiatif bahwa perubahan yang besar selalu dimulai dari langkah kecil, dari keberanian untuk bermimpi, dan dari komitmen untuk terus bergerak. Sungai ini adalah milik kita bersama, dan masa depannya bergantung pada kesadaran yang kita bangun hari ini.

Penulis: Egalita Zahro Athirah

Mahasiswa Prodi Akuntansi FEB ULM

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun