"Begini An." Kata Wati.
Ariana sedang belajar menganyam dari sahabat barunya itu. Minggu depan ia akan bersekolah lagi, di Hindia-Belanda tentunya. Sekolah khusus orang Belanda. Maka dari itu ia juga berkenalan dengan tetangganya yang semuanya orang Belanda.
Kini, ia tidak hanya berteman dengan Wati saja tetapi banyak pribumi lain. Jangan salah, ia juga berteman dengan sesama Belanda meskipun tidak begitu akrab tetapi Ariana sangat dibanggakan karena kepintaran dan kesopanannya.
17 Agustus 1945, Indonesia merdeka. Ariana yang baik itu masih ada di Indonesia. Ketika kedatangan Jepang, ia beserta ayahnya dilindungi oleh orang pribumi dan disembunyikan di ruang bawah tanah milik salah satu pribumi tanpa diketahui Jepang hingga 2 tahun lamanya ia terkurung dalam ruang bawah tanah itu sesekali keluar jika ke kamar mandi. Tetapi tidak masalah baginya selama ia dan ayahnya masih bisa hidup.
29 Agustus 1945, Ariana dan ayahnya akan meninggalkan Hindia-Belanda. Tetapi Ariana tidak senang karena harus berpisah dengan teman-temannya disini. Ia tak sanggup harus berpisah dari mereka.
Aku tidak bisa menceritakan detail padamu bagaimana Ariana bersekolah kembali di Hindia-Belanda karena ia melarangku untuk menceritakannya. Aku juga tidak akan menceritakan kepadamu bagaimana akhirnya kapal yang berbulan-bulan itu di ombang-ambingkan oleh ombak tetapi bisa sampai dengan selamat di negeri kincir angin tersebut.
5 Oktober 1945, Mama Ariana menyambutnya dengan pelukan hangat setelah sekian lama tidak berjumpa.Â
Setahun berikutnya, Ariana duduk di bangku perguruan tinggi di Belanda. Ia sangat semangat dalam menjalani kuliahnya itu. Ia sangat rajin dan baik kepada semua orang serta tidak memilih-milih teman, ia juga memiliki teman akrab, namun kali ini ia tidak akan mengikat temannya itu, ia tidak akan membiarkan hal yang sama terulang.
Setiap bulan Ariana menerima surat dari Wati, Joko, dan Bagus, ia pun selalu membalas surat tersebut bahkan menyelipkan fotonya.Â
27 Februari 1946, Wati mengirim surat yang tidak pernah ingin Ariana terima. Itu merupakan berita duka. Bahwa Joko yang ia cintai tertabrak mobil ketika akan mengantarkan surat ke kantor pos. Di dalam surat Wati juga terdapat surat milik Joko yang bersimbah darah.
Kemudian Wati juga berkata bahwa Joko diterima di Leiden. Tetapi apa mau dikata Joko telah pergi selama-lamanya.