Kabar baiknya, Indonesia memiliki sejarah yang dapat dimajukan untuk mempengaruhi dunia. Pusat musik dunia ada di Indonesia, tepatnya di Candi Borobudur.
Apa buktinya? Di sana, terdapat 200 relief di 40 panil yang menampilkan lebih dari 60 jenis alat musik petik, tiup, pukul, dan membran.
Dari penelusuran dan kajian Sound of Borobudur, diketahui bahwa ukiran instrumen musik pada relief berasal dari pelbagai daerah di Indonesia dan banyak negara di dunia.
Ambil contoh setar, alat musik tradisional dari Iran, kemudian dombra dari Kazakhstan yang memiliki kemiripan dengan simbol alat musik di relief Candi Borobudur.
Menurut penyanyi Trie Utami, ukiran alat musik di dunia menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sudah mengenal komposisi, aransemen, kemajuan, dan segala aspek musik yang cukup modern. Penjelasannya terdengar sederhana, tetapi memiliki makna yang luar biasa.
Ia menambahkan, hanya bangsa yang telah mencapai peradaban luhur, yang mampu menciptakan ansambel musik lengkap dengan memakai empat kelompok sumber bunyi: Membranophone, Cordophone, Ideophone dan Aerophone.
"Jika bangsa Eropa menyatakan kemajuan peradaban melalui sistem orkestra pada musik ansambel di abad ke-14, maka bisa jadi bangsa kita sudah mendahului mereka 700 tahun sebelumnya," kata Trie Utami yang juga penggagas kelahiran Sound of Borobudur dikutip dari laman Sound of Borobudur.
Maka, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Candi Borobudur adalah pusat musik dunia.
Relief musik Borobudur semakin tegaskan peradaban besar bangsa
Terungkapnya simbol instrumen pada relief Candi Borobudur menegaskan pencapaian peradaban bangsa Indonesia.
Pembangunan Candi Borobudur yang merupakan monumen terbesar pada masa Dinasti Syailendra 780-840 M menunjukkan seberapa baik nenek moyang kita memiliki pengetahuan tinggi pada zamannya.