Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Stafnya Kunjungi Markas FPI, Haruskah Dubes Jerman Diusir?

20 Desember 2020   08:20 Diperbarui: 20 Desember 2020   08:39 1705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung Reichstag, Berlin, Jerman. (Foto oleh Jrn Heller/Pixabay) 

Selama sebulan terakhir, FPI selalu tampil sebagai subjek pemberitaan di media massa sejak kepulangan HRS ke Indonesia pada 10 November 2020 lalu.

Seperti tidak ada hari tanpa FPI. Mereka selalu menghadirkan peristiwa yang layak ditayangkan sebagai berita, mulai dari penetapan tersangka HRS atas penghasutan di kasus kerumunan di Petamburan, Jakarta Pusat, berlanjut pada kasus penembakan 6 anggota FPI, kasus dugaan kepemilikan senjata api, dan sebagainya.  

Semua kasus dalam jalan proses hukum. Tapi, kebisingan untuk mengomentari FPI melambung terus di media sosial.

Saya pikir episode soal FPI akan berakhir di pekan ini. Ternyata tidak, masih berlanjut dengan babak baru. Malah kali ini, alurnya makin kompleks karena yang terlibat adalah Jerman. 

Semua ini berawal dari berita tentang kunjungan staf Kedutaan Besar Jerman ke Sekretariat DPP FPI, Petamburan pada Kamis 17 Desember 2020.

Sekretartis umum FPI Munarman mengklaim kunjungan staf Kedubes Jerman untuk menyampaikan ungkapan belasungkawa atas kejadian kematian enam anggota FPI.

Itu pangkal kejadiannya. Masalah menjadi kian ramai ketika tersebar foto yang memperlihatkan sosok wanita berambut pirang masuk ke markas DPP FPI bersama foto lainnya yang memperlihatkan sedan hitam berplat putih terparkir di dekatnya yang diafiliasikan sebagai kendaraan Kedubes Jerman.

Sejumlah warganet yang berseberangan dengan HRS curiga, apa tujuan staf Kedubes Jerman mampir ke sana? Mereka tidak mempercayai klaim Munarman. Kedubes Jerman sampai saat ini belum memberikan keterangan resmi.

Maka, warganet pun mulai berpikir liar, menghubungkannya dengan larangan ekspor bijih nikel Indonesia ke Eropa pada 2020. Uni Eropa memang gerah terhadap larangan ekspor bijih nikel Indonesia karena dapat mengganggu produktivitas industri baja di sana.

Saya kurang paham mengapa warganet menarasikannya untuk menyerang Jerman, walau dia tergabung sebagai anggota UE, saya memandangnya narasi soal larangan ekspor bijih nikel ini muncul sebagai kebetulan semata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun