Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ruang Kecil dan Harapan yang Kosong di Era Digital

16 Oktober 2017   05:22 Diperbarui: 16 Oktober 2017   08:10 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pria Tersenyum (sumber: macleans.ca)

Secara kebetulan, saya bertemu dengan mahasiswa sejurusan dalam bis menuju Surabaya. Dia baru saja menyaksikan konser di kota Jogja, sementara saya berangkat dari kota Solo menuju Malang.

 Sepanjang perjalanan obrolan kami menukik naik-turun. Membahas yang basa-basi sampai menyelam pada hal-hal yang serius.

"Mungkin ngga wartawan jadi orang yang memberi edukasi lagi?" pertanyaan ini meluncur ke telinga.

Ambil waktu sejenak.

"Fungsi edukatif, begitu? Masih," jawab saya setengah ragu.

Mungkin, yang terbenak di pikiran teman ini adalah wartawan-wartawan media arus utama semacam Rolling Stone, Tempo, Kompas, dan nama-nama lain, yang menurut catatan atau bisik-bisik, akan menghadapi 'senjakala'  tatkala diserang tampa ampun oleh sejuta konten-konten digital.

Saya terkejut mendapat pertanyaan ini. Ternyata ada keniscayaan untuk dunia jurnalistik. Profesi mulia, begitulah kira-kira bahasa memujinya. Atau mengutip ucapan Ito (kakak/nenek) saya ialah orang yang pandai berbicara, pandai menulis tetapi berkantong pas-pasan.

Ada harapan, ada keniscayaan yang nampaknya justru ia memukul mundur optimisme. Keniscayaan yang justru berseberangan pada kebahagiaan di era digital dan kemajuan teknologi.

Keniscayaan itu seakan-akan mengharapkan kembalinya kejayaan media-media cetak. Membaca sambil meneguk secangkir kopi di pagi hari. Menyiram pikiran dari kedalaman informasi.

Umpamanya ketika kita bertanya mengenai umru seseorang. Dalam masa-masa lalu, pertanyaan ini diujarkan agar kita dapat membedakan tua-muda agar tidak canggung menyapa orang.

Sekarang agak berbeda. Umur seseorang tidak sekadar membedakan tua-muda, tetapi dapat membedah alam pikir masing-masing orang, apakah orang ini termasuk generasi, Y, Z, atau Millenial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun