Bedanya Australia bertanding melawan Argentina di negara Cina, sementara Indonesia bertanding di kandang sendiri. Disaksikan 60 ribu suporter Garuda dan jutaan masyarakat Indonesia lewat siaran TV.
Tentu saja karena beda jauh peringkat dan yang dilawan adalah sang Juara Dunia, maka wajar jika Timnas Indonesia kalah dengan skor 0-2. Predikat sebagai juara Dunia tak perlu diragukan saat terkonversi di lapangan.
Soal kekalahan memang tidak bisa dielakkan, walau Indonesia sudah menampilkan permainan maksimal. Termasuk menahan gempuran Argentina yang mengurung habis pertahanan Indonesia.
Kalah dengan skor tipis 0-2 merupakan hal yang luar biasa bagi Timnas Indonesia. Karena yang dilawan bukan tim kaleng-kaleng. Jika bukan karena permainan spartan yang ditunjukan Timnas Indonesia, bisa jadi lebih banyak gol Argentina tercipta. Â
Lepas dari hasil pertandingan, kehadiran Argentina di Stadion Gelora Bung Karno dalam melawan Timnas Indonesia, adalah momentum yang sangat berharga.
Berharga karena bisa mendapatkan pembelajaran langsung dari sang Juara dunia meliputi aspek ketahanan fisik, skema bermain, sentuhan bola, mental bertanding dan kompetitif pemain. Â Â
Saya yakin seluruh pemain Timnas belajar banyak tentang aspek ini dari pemain Argentina. Sehingga kelak Timnas akan lebih tangguh dan siap menyambut piala Asia 2023 dan kualifikasi Piala Dunia 2026.
Bahwa beda peringkat yang jauh hanyalah soal disparitas angka. Namun rivalitas di lapangan sudah membuktikan, bahwa tidak mudah bagi Sang Juara Dunia menjadikan Timnas Indonesia sebagai lumbung gol.
Pelajaran berharga lainnya yakni bagaimana PSSI dan Panpel lebih egaliter lagi mengantisipasi banyaknya suporter di luar stadion yang tidak mendapat tiket. Namun masih bertahan di luar stadion, demi kecintaan terhadap Timnas Indonesia