Setahun sudah tinggal di tenda pengungsi, warga sangat rentan terkena berbagai macam penyakit. Makanya penyediaan layanan kesehatan berupa pengobatan gratis sangat diperlukan.
Ada 281 kepala keluarga (KK) Â yang bertahan tinggal di tenda tenda pengungsi. Mereka adalah warga Perumnas Balaroa Kecamatan Palu Barat , Kota Palu, Â Propinsi Sulteng yang terkena gempa dasyat dan tanah bergerak (likuifaksi) Â pada tanggal 28 September 2018 lalu.
Sudah satu tahun mereka bertahan di tenda tenda pengungsi padahal sudah dibuat hunian sementara (Huntara) untuk ditinggali. Namun mereka lebih memilih tinggal di tenda dengan berbagai problem yang harus dihadapi, salah satunya terkena bermacam penyakit
Pengungsi antusias mengikuti layanan pengobatan gratis yang disertai pemberian obat gratis berdasarkan pemeriksaan penyakit langsung dari dokter. Lasimnya pengobatan gratis, didahului dengan melakukan tensi kepada warga pengungsi.
"Sudah diperiksa dokter tadi dan sudah ambil obatnya. Saya bilang sama dokter kalau badan saya kram apalagi dibagian kaki. Mungkin karena sudah lama tinggal di tenda," ujar salah seorang pengungsi Djafari kepada saya.
Lain lagi seorang wanita yang mengaku mengeluh  sakit mata. Usai diperiksa ia turut mengantri untuk mendapatkan obat sesuai disposisi dokter. "Selain kram di kaki, saya juoga sakit mata, " ujar wanita tersebut.
Para pengungsi bersyukur atas adanya pelayanan pengobatan gratis tersebut mengingat jarang jarang dilakukan. "Kita senang pak ada pengobatan seperti ini. Seingat saya sudah empat kali ikut pengobatan gratis seperti ini," tambah Djafar.
Salah seorang petugas pengobatan gratis membenarkan jika obat yang diberikan adalah dominan untuk yang terkena sakit kram. "Iya sudah banyak yang mendapat obat kram. Wajarlah jika melihat kondisi mereka yang tinggal di tenda," ujarnya.