Mohon tunggu...
Humaniora

Sikap Apatis Pemuda terhadap Keberlangsungan Negara Indonesia

22 November 2016   14:34 Diperbarui: 22 November 2016   14:43 1166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Beri aku sepuluh pemuda akan ku ubah dunia" begitulah kata presiden pertama kita Ir. Soekarno. Pemuda memberi peranan yang besar pada keberlanjutan suatu negara. Tahun 2016 ini, para pemuda angakatan ‘90 an sudah mencapai kedewasaan secara usia. 

Ditunjukan dengan anak - anak yang lahir di tahun ‘99 ini sudah berumur 17 di tahun 2016. Tentu, mereka sudah mendapat banyak ilmu pengetahuan dan pendidikan moral sejak dari SD, SMP, SMA maupun di perkuliahan. Namun, apakah pendidikan ini membuat para pemuda peka terhadap keberlanjutan negara kita Indonesia? 

Seperti yang sudah di ungkapkan Ir. Soekarno pemuda ini lah yang seharusnya menjadi motor penggerak Bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa dan negara yang lebih baik setiap harinya. Tidak bisa negara ini hanya diserahkan kepada orang-orang tua yang hanya duduk di pemerintahan tapi tidak membangun Indonesia sama sekali. Keberlanjutan negara Indonesia kita ini sangat di pengaruhi oleh gerak-gerik pemuda indonesia. Ada massa berkumpul terciptalah perubahan baru. Memang sudah ada gerakan - gerakan pemuda Indonesia tapi apakah gerakan itu benar - benar bermanfaat bagi seluruh rakyat atau hanya menguntungkan mereka saja? Juga berapa persen pemuda yang ambil bagian dan berapa persen yang acuh tak acuh dengan keadaan ini. 

Kenyataannya banyak pemuda indonesia tidak peduli atau apatis lebih banyak daripada yang berani mengambil bagian untuk membangun Indonesia dan peduli tentang situasi saat indonesia saat ini. Jumlah penduduk terus meningkat tiap tahunnya tapi generasi - generasi pemuda masih santai – santai saja dengan keadaan ini Sikap apatis ini terlihat dari semakin berkurangnya pemuda yang mau ikut gerakan pecinta alam dan mau bergabung ke organisasi - organisasi pemuda malah mereka bergabung dengan komunitas pecinta idola.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi sikap apatis pemuda ini. Mungkin saja dari pemerintahan, keluarga, atau teman di sekitarnya sendiri. Faktor terbesar sikap apatis bisa dari situasi pemerintahan Indonesia. Pemerintahan Indonesia yang kacau ini membuat para pemuda malas untuk ikut campur dan malas untuk menyampaikan pendapat atau mengkritik karena jika pemerintah merasa disalahkan, aparat pemerintah pun akan membesarkan kasus ini dan malah membuat warga serta pemuda terkesan salah, apalagi dengan hukum yang ada di Indonesia juga sudah tidak tegak lagi. 

Selain itu, dengan adanya gaya hidup yang modern membuat para pemuda terfokus pada gadget dan barang barang bermerek dan membuat sifat hedonisme dan individualisme yang semakin berkembang dan melunturkan semangat nasionalisme kepada negara. 

Sebagai pemuda penerus bangsa seharusnya kita lebih peduli lagi dengan masa depan maupun masa kini mengenai bangsa dan negara ini. Bukan pemuda apatis yang hedonisme dan individualistis. Mari kita mencari solusi perihal tersebut. Mari kita laksanakan sumpah pemuda tersebut yang lahir dari pemikiran-pemikiran para pemuda pejuang bangsa terdahulu. Jangan sampai kita terhanyut oleh kemilauan perkembangan teknologi, teruslah mendayung demi kemajuan bangsa kita tercinta ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun