Menggalang dana perang dari rakyat dengan dalih gotong royong, yang pada kenyataannya bersifat paksaan.
Dengan demikian, Jawa Hokokai lebih pantas dipandang sebagai alat politik dan militer Jepang daripada organisasi sosial yang murni bertujuan untuk kesejahteraan rakyat.
Kegiatan-Kegiatan Jawa Hokokai
Untuk mencapai tujuannya, Jawa Hokokai melakukan berbagai kegiatan yang langsung melibatkan rakyat, antara lain:
1. Pengumpulan Bahan Pangan
Salah satu kegiatan utama Jawa Hokokai adalah pengumpulan hasil bumi, seperti padi, kapas, dan bahan makanan lainnya, yang kemudian dikirim ke Jepang untuk mendukung logistik militer. Akibat kebijakan ini, rakyat Indonesia mengalami kesulitan pangan, kelaparan, bahkan krisis ekonomi karena sebagian besar hasil pertanian mereka dirampas untuk kebutuhan perang.
2. Kerja Paksa (Romusha)
Melalui Jawa Hokokai, Jepang mengorganisasi kerja paksa atau romusha, yang mewajibkan rakyat, terutama laki-laki, untuk bekerja membangun fasilitas perang Jepang, seperti jalan raya, rel kereta api, lapangan udara, dan markas militer. Para romusha bekerja dalam kondisi yang sangat buruk, tanpa upah yang layak, bahkan tidak sedikit yang meninggal dunia akibat kelelahan, kelaparan, dan penyakit.
3. Pelatihan Barisan Pemuda (Barisan Pelopor)
Jawa Hokokai juga mengelola Barisan Pelopor, yaitu organisasi kepemudaan yang dilatih untuk menjadi barisan pendukung Jepang. Mereka diajarkan kedisiplinan militer dan semangat Asia Timur Raya, namun pada kenyataannya, pemuda-pemuda ini dimanfaatkan untuk memperkuat pertahanan Jepang dan melakukan pengawasan terhadap rakyat lain.
4. Penggalangan Dana Perang