Mohon tunggu...
Efa Retna
Efa Retna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi

Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Walisongo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nilai Spiritual Budaya Sedekah Laut Masyarakat Dukuh Sigempol Pesisir Pulau Hantu

27 November 2021   15:44 Diperbarui: 27 November 2021   15:51 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebudayaan seringkali dikaitkan dengan berbagai hal mengenai kesenian. Padahal, kebudayaan mempunyai suatu pengertian yang kompleks di dalam kehidupan masyarakat. Kebudayaan juga mencakup cara-cara berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap, serta hasil kegiatan manusia yang menunjukkan ke khasan dari sekelompok masyarakat tertentu. 

Salah satunya, merupakan tradisi yang dimiliki suku Jawa. Salah satu kebanggaan yang dimiliki oleh masyarakat Jawa yaitu ritual atau adat istiadat yang dilakukan orang-orang Jawa untuk melaksanakan upacara dari beragam ritual. Beberapa ragam ritual Jawa yang dapat dijelaskan diantaranya: procotan, methil, mantenan, nyadran, megengan, ruwatan, slametan dan sedekah laut. 

Dalam perspektif teologis, ritual selalu berhubungan dengan bagaimana manusia menuju keseimbangan hubungan antara manusia dengan sesamanya, lingkungan dan Tuhan-nya. Ritus, ritual dan upacara merupakan agama dalam tindakan untuk mencari jalan keselamatan.

Desa Randusanga kulon adalah salah satu diantara 32 desa di Kabupaten Brebes Kecamatan Brebes Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Desa Randusanga Kulon berada di dataran rendah atau pesisir terdiri dari 3 Dusun Krajan, Sigempol, Banjasari dengan profesi masyarakat desa didominasi buru tani, petani tambak, nelayan, dan lain-lain. 

Sebagai salah satu wilayah mandiri yang memiliki potensi wisata Desa Randusanga Kulon memiliki beragam wisata seperti pulau hantu, pemancingan, hutan mangrove, dan lain-lain.

Upacara Sedekah Laut di daerah pesisir yang terletak di dusun sigempol diadakan setahun sekali, yaitu pada bulan januari. Menurut bapak Radi selaku nelayan setempat mengatakan "Dalam pelaksaan sedekah laut kita biasanya melarutkan beberapa makanan hasil bumi, seperti jajanan pasar, nasi, sayur dan jenis makanan lain yang ditaruh dalam nampan". 

Secara umum maksud diadakan upacara ini yaitu untuk memohon keselamatan bagi para nelayan dan keluarganya dalam menunaikan tugas sehari-hari, mendapat hasil melimpah, juga sebagai perwujudan rasa syukur atas nikmat dari hasil laut kepada penguasa laut utara (Bonang et al., 2007)

Tradisi sedekah laut merupakan ritual rutin yang dilakukan oleh nelayan dan masyarakat disekitar pesisir pulau hantu Dukuh Sigempol. Budaya atau tradisi di Dukuh Sigempol masih terus melestarikan sedekah laut ini oleh masyarakat sekitarnya Masyarakat sekitarnya menganggap tradisi sedekah laut ini sebagai bentuk syukur atas nikmat hasil laut yang diberikan oleh Allah SWT dan sebagai bentuk untuk melestarikan nenek moyang. 

Masyarakat sekitar pesisir khususnya nelayan menganggap sedekah laut adalah suatu keharusan untuk dilakukan, mereka memaknai ketika melaksanakan ritual ini akan memberi harapan untuk keamanan nelayan saat berlaut, kelimpahan hasil laut terlepas dari agama warga menganggap ini sebagai budaya.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Hal ini tertuang dalam Q.S. Ibrahim, 7:

Artinya: "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"

Berdasarkan surat tersebut bahwa ada keselarasan antara tradisi slametan dengan agama islam yang mana tradsi slametan ditujukan sebagai wujud syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Selain dari ayat Alqur`an, perintah agar selalu bersyukur atas nikmat dari Allah SWT banyak dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Rasa syukur atas nikmat Allah bukan hanya diungkapkan dengan perkataan, tetapi bisa juga dengan tindakan seperti halnya mengadakan syukuran yang menyajikan hidangan makanan. Hidangan tersebut ditujukan sebagai konkretisasi rasa syukur atas nikmat dari Allah SWT.

Maka, sebuah tradisi dapat dijadikan atau berfungsi sebagai simbolisasi terciptanya tingkah laku pada masyarakat yang berdasarkan aturan yang berlaku dimasyarakat itu sendiri. Namun Pada dasarnya budaya tidak akan bisa lepas dari simbolisme, seperti halnya ketika menyikapi al Quran dan sunnah sebagai sumber ajaran dalam Islam.

Referensi 

Abidah, N. (2017). Perilaku beragama Tunakarsa di kawasan ziarah makam Sunan Drajat Lamongan (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).

Akhmad, Nurul. 2019. Ensiklopedia Keragaman Budaya. Semarang: ALPRIN.

Ghufron, Nur, Rini Risnawati. 2010. Teori-teori Psikologi. Jogjakarta:AR-RUZZ MEDIA

Khabib, M. N., & Zafi, A. A. (2020). Prespektif Islam Mengenai Tradisi Manganan di Punden Lamongan (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).

Setiyani, W. (2018). Keragaman perilaku beragama. Yogyakarta: Dialektika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun