Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Suka Duka Warung Makan yang Beroperasi di Bulan Puasa

25 Mei 2018   22:33 Diperbarui: 25 Mei 2018   22:46 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warung makan di bulan puasa | Foto: bbsnews.co.id

Warung yang beroperasi selalu menjadi persoalan yang sama setiap tahunnya. 

Dari tahun ke tahun, sepertinya warung yang beroperasi saat bulan puasa selalu menjadi bahasan menarik yang sampai sekarang tak kunjung selesai untuk dibahas. 

Satu sisi, warung yang buka saat bulan puasa dibutuhkan oleh mereka yang memang tidak menjalani ibadah puasa, baik bagi mereka yang beragam lain, pun bagi perempuan beragam Islam yang sedang 'berhalangan' untuk menjalani ibadah puasanya. Di sisi lain, hal itu sepertinya bertentangan dengan agama dan dapat menjadi pemicu seseorang menyerah akan perjuangannya untuk memenangkan ujian berpuasa sebulan penuh.

Dan jika terus dibahas, sepertinya tidak akan selesai karena masing-masing memiliki jawaban yang menurutnya adalah benar. Jika dipikir-pikir ya benar juga sih, ada untung dan ruginya warung ini beroperasi di saat bulan puasa. Dan masing-masing memiliki jawaban versi sendiri. Menurut saya, itu kembali lagi ke keinginan dan iman untuk memenangkan puasa selama sebulan penuh ke depan tanpa peduli apapun hambatannya. 

Suka Duka warung makan yang beroperasi di bulan puasa. 

Untuk warung makan yang beroperasi di bulan puasa, jika dikatakan hanya kecipratan dukanya saja, untuk beberapa alasan  ya menurut saya tidak juga sih. Dibilang dapat sukanya saja, ini lebih tidak mungkin lagi. Lalu apa saja kira-kira suka duka warung makan yang beroperasi di bulan puasa?

Duka warung makan di bulan puasa:

  • Penjual dicap sebagai intoleran dan tak menghargai orang yang berpuasa

Masih ingat tentang seorang Ibu pemilik warung makan di Serang, Banten, 2016 lalu yang menangis karena makanan dagangannya disita oleh petugas Pol PP. Dagangan disita dengan alasan ibu tersebut melayani pembeli yang tidak berpuasa sementara Ibu tersebut dan seluruh pejual saat itu tidak mengetahui adanya larangan berjualan di bulan puasa.

Bagaimana kalau ternyata penjual tersebut bukan berasal dari agama Islam? Namun berasal dari agama lain dan makanan yang dijualpun adalah makanan khusus untuk yang non Islam. Lapo misalnya. Saya penasaran, apakah yang ini juga akan disita? Apakah penjual akan dicap intoleran dan tak menghargai juga sementara dagangannya jelas ditukan pada golongan tertentu saja?

Apa ya, bagi saya pribadi, kasus ini seperti menunjukkan bahwa masyarakat kita masih sulit untuk menerima perbedaan. Jelas-jelas di Indonesia sendiri ada beberapa agama yang diakui oleh negara, tak hanya Islam saja. Penyitaan oleh Pol PP tersebut seolah menyiratkan bahwa tak ada tempat bagi agama lain untuk makan di warung makan saat puasa. Makan di tempat yang tak dapat dilihat oleh orang lain!

Oke, orang kantoran mungkin mudah sekali untuk melakukan hal itu, bagaimana dengan mereka yang bekerja di jalanan? Dan tidak ikut menjalankan ibadah puasa, kemana mereka harus mencari tempat untuk mengisi perutnya jika hal tersebut diterapkan? Harus pulang dulukah, tak peduli lokasi kerja dan rumah jaraknya sangat jauh? Atau harus mencari rimbunan tembok untuk sekedar menghabiskan makan siangnya?

  • Pendapatan berkurang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun