Mohon tunggu...
Een Nuraeni
Een Nuraeni Mohon Tunggu... Administrasi - pekerja sosial

"Orang yang tidak menulis, tidak punya sejarah"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jodoh, Ditunggu atau Dijemput?

13 Oktober 2020   11:03 Diperbarui: 4 Juni 2021   07:04 2206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jodoh, Ditunggu atau Dijemput? | dokumentasi pribadi

Jalanku, jalanmu, jalan yang kita tempuh mungkin berbeda. Tapi semoga kita tau tujuannya perjalanannya benar.

Tentang lajang yang sedang menunggu jodohnya. Eh, ditunggu apa dijemput? Aku pernah berusaha dengan keduanya. Menunggu dan menjemput.... Wkwkwk. Beda pemahaman beda tindakan memang. Dan pemahaman kita hari ini bisa berubah kok, karena belum tentu juga pemahaman kita ini sudah benar. Yang penting terus belajar, semoga Allah karuniakan pemahaman dari sisiNya.

Saat pemahamanku sebagai perempuan tentang jodoh adalah harus ditunggu, akupun berusaha menunggu dengan baik.  Aku tunggu dengan sabar dengan tidak lupa melangitkan doa-doa. Cukup lama aku menunggu, hinggu usiaku ternyata sudah berkurang banyak untuk menunggu. Kesel juga ya nunggu itu, pasif dan kalaupun ada yang datang menghampiri seringkali tidak sesuai harapan.

Akupun mulai mencari tahu, bener ga nih kalau jodoh itu cukup ditunggu aja dan bakal datang sendiri? Jawaban yang kudapat ternyata 'benar', tapi lebih baik jika kita berusaha untuk menjemputnya (proaktif).

Baca juga: Sains: Usia Paling Sesuai, 23 Cari Jodoh, 69 Jadi Penulis

Masalahnya, di masyarakat kita ini perempuan menjemput jodoh seolah-olah tidak lazim. Padahal, dimana letak salah dan dosa nya jika dilakukan dengan niat baik dan dengan tindakan yang baik?

Umumnya ada beberapa alasan tentang hal ini. Pertama, gengsi namanya jika perempuan mengatakan suka pada laki-laki dan meminta berkenalan duluan dengannya (harga diri katanya). Kedua, seolah-olah ganjen! Dan memang ada perempuan yang dengan cara yang salah menawarkan diri kepada laki-laki yang disukainya. Ini yang membuat paradigma di masyarakat akhirnya sangat kuat bahwa perempuan menunggu saja, karena dikhawatirkan menurunkan derajat perempuan. Ketiga, masyarakat lupa bahwa proaktif itu boleh dan tidak menimbulkan dosa kalau cara-caranya benar.

 Ada cara-cara yang benar yang diajarkan Islam tentang bagaimana menjemput jodoh baik bagi laki-laki maupun perempuan. Dengan cara proaktif. Contohnya dengan meminta dicarikan kepada orang tua, saudara, atau guru. Atau kalau punya keberanian katakan langsung pada orangnya jika ada kecenderungan hati. 

Tanya apakah berkenan berkenalan lebih jauh untuk menuju pernikahan (jika cocok lanjut, jika tidak cocok tidak masalah), daripada terus mengotori hati kita. Tapi ingat lakukan dengan cara yang baik dan benar dan kalau sudah dipertimbangkan ya, jangan sampai ikhtiar kita malah mengotori hati.

Ditunggu ataupun dijemput, jodoh akan tetap datang sesuai ketetapan Allah SWT. Ditunggu ataupun dijemput jika Allah sudah tetapkan, maka jodohmu tetap dia. Karena jodoh itu diberikan, bukan didapatkan. Tapi kenapa kita tetap harus berusaha dijemput atau harus berikhtiar?

Baca juga: Krisis Kepercayaan akan Jodoh, Lebih Baik Dijodohkan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun