Sabtu (29/07), ketimbang ngemis pandeglang, pandeglang care movement beserta relawan pandeglang lainnya melakukan ekspedisi ke kecamatan Cibaliung dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional.
Perjalanan dimulai sekitar pukul 07.00 dari pasar Cibaliung. Jalanan berbatu, curam kami jumpai sekitar 1 km dari jalan raya sampai ke sungai tempat dimana kami harus menyebrang untuk sampai ke lokasi. Sarana penyebrangan yang ada hanyalah beberapa bambu yang diikat menjadi satu atau yang biasa disebut dengan  "getek". Sebenarnya sungai yang kami sebrangi tidak begitu besar, dengan luas tidak lebih dari 10meter. Namun sayangnya belum dibangun jembatan, sehingga cukup sulit untuk menjangkau lokasi.
Sesampainya disana, sekitar pukul 8.30 kami menjumpai bangunan dari bilik dan kawat jendela berukuran sekitar 4 x 8 m beratap rumbia (welit), beralas tanah. Bangunan tersebut dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas 1-3 dan kelas 4-6, tidak ada atribut sekolah seperti di sekolah pada umumnya, bahkan papan tulis hanya tersedia satu buah dan digunakan bergantian. Bangunan tersebut merupakan hasil swadaya warga dikarenakan sekolah dasar induk SDN Sorongan 2 yang berada di Desa sebelah (Desa Sorongan) dan berlokasi cukup jauh (sekitar 3 km) dengan menyusuri kebun dan hutan untuk sampai kesana.
Di kelas 1-3 ada 9 siswa yang terdiri dari satu orang kelas 3, dua orang kelas 2 dan sisanya enam orang kelas 1, hanya beberapa siswa yang mengenakan seragam, sepatu? Jangan ditanya.. mereka semua menggunakan sendal. Sedangkan untuk kelas 4-6 ada sekitar 16 siswa yang saat itu hadir.
Tidak banyak yang bisa kami lakukan dan kami berikan pada mereka. Hanya mengajak mereka melakukan beberapa permainan, bernyanyi bersama (kelas 1-3 terutama), dan memberikan sedikit pengetahuan umum termasuk tentang HAN (Hari anak nasional) yang diperingati setiap tanggal 23 Juli.
SD Negeri Sorongan 2 (kelas jauh) ini mungkin hanya salah satu potret pendidikan dari banyaknya sekolah yang memiliki kondisi yang sangat "terbatas" dalam berbagai hal khusunya di Kabupaten Pandeglang. Keterbatasan infrastruktur seperti jalan dan jembatan memang sangat berpengaruh besar untuk kemajuan suatu daerah dan salah satu imbasnya adalah ke sektor pendidikan.
Seperti yang dituturkan salah satu warga Lewimalang bahwa tidak ada guru yang mau mengajar di sekoah tersebut karena jauh kemana-mana, sehingga yang sukarela mengajar adalah Kepala Sekolah dari SD Negeri Sorongan 2 (induk) dan anaknya yang juga berprofesi sebagai guru. Semoga dengan banyaknya program pemerintah untuk pendidikan dapat dirasakan manfaatnya oleh anak-anak di daerah terpencil seperti adik-adik kita di SDN Sorongan 2 ini.