Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menganalogikan Prabowo Makmum Masbuk, Cak Imin Keliru

16 Oktober 2019   00:10 Diperbarui: 16 Oktober 2019   05:54 1026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertemuan Prabowo Subianto dan Cak Imin (Antara Foto/Akbar Nugroho Gumay)

Jika seorang muslim (lelaki) yang disunnahkan shalat berjamaah di masjid atau mushala tertinggal (terlambat) untuk shalat berjamaah beberapa rakaat, maka yang bersangkutan disebut makmum masbuk.

Jika makmum masbuk tersebut mengerti adab shalat, maka dia akan melakukan beberapa hal, di antaranya segera masuk dalam barisan shalat, melaksanakan takbiratul ihram dan seterusnya membaca surat Ummul Kitab atau surah Alfatiha.

Bila makmum masbuk tersebut ikut imam dalam posisi rukuk, maka ia mendapat rakaat tersebut. Usai imam beri salam, makmum bersangkutan lantas menyempurnakan rakaat yang belum dilaksanakan.

Dalam shalat ada adab-adab yang harus diindahkan, antara lain merapikan barisan, ikut gerakan imam, tidak boleh mendahului gerakan imam. Makmum tidak boleh tertinggal dari dua gerakan dari imam, misal imam sudah sujud sementara makmum masih rukuk. Jika itu terjadi, maka shalat makmum tak sah hukumnya.

Adab lain, posisi makmum tak boleh berada lebih depan daripada imam. Imam menjadi patokan gerakan makmum dalam shalat berjamaah.

Dari gambaran ini, KBBI meringkaskan pengertian masbuk sebagai makmum yang datang terlambat pada saat shalat berjamaah (di masjid, mushala) sementara imam sudah mengerjakan sebagian shalat wajib.

Sungguh tidak tepat menyebut Prabowo Subianto (Ketua Umum Gerindra) sebagai makmum masbuk. Pernyataan itu disampaikan Cak Imim, sapaan Muhamimin Iskandar (Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa), seusai bertemu Prabowo. 

Ketua Umum PKB itu mengambil analog sebagai makmum masbuk lantaran partai berkepala Garuda itu baru datang belakangan lalu ingin bergabung dengan pemerintah lantaran ingin dapat kursi di kabinet.

Padahal untuk disebut sebagai makmum saja Prabowo tidak tepat, apa lagi ditambahi embel-embel masbuk.

Kita simak dulu duduk perkaranya. PKB, sebagai partai pendukung Joko Widodo pada Pilpres lalu, dewasa ini tidak ingin kehilangan jatah kursi di kabinet kerja Jokowi jilid II. Jika Gerindra menempatkan dua kadernya: Fadli Zon dan Edhy Prabowo, maka potensi PKB menempatkan kadernya di kabinet berkurang. Demikian pula partai pendukung lainnya; Nasdem, PPP, Golkar, PDIP lantaran kubu oposisi kini makin merapat ke Jokowi akhir-akhir ini.

Untuk mengungkap ketidaksetujuannya itu,  Muhaimin Iskandar menganalogikan Partai Gerindra sebagai makmum masbuk. Datangnya telat. Lalu pemahaman makmum masbuk itu diperjelas Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid.  Partai Gerindra dinilai sebagai jamaah yang datang belakangan dalam shalat.

Sejatinya pertemuan Prabowo dan Jokowi memang menguatkan sinyal Gerindra ingin mendapatkan jatah kursi di parlemen. Caranya, usai melobi Jokowi lalu melobi partai-partai pendukungnya. Prabowo pun sadar hal itu wajib diperjuangan. Terlebih di parlemen Gerindra 'gigit jari' lantaran tak dapat posisi sebagai orang nomor satu.

Partai Gerindra punya agenda ke depan. Partai ini harus membuat perhitungan bahwa Pilpres 2024 mendatang harus memiliki kader berpengalaman di pemerintahan. Hal ini berangkat dari kesadaran bahwa ke depan, posisi ketua umumnya tak lagi punya daya tawar di pasaran pilpres.

Fenomena itu bukan tak ditangkap Cak Imim. Karena itu untuk mengungkapkan ketidak-setujuan itu, Cak Imin menyebut Prabowo sebagai makmum masbuk.

Tepatkah?

Ya, tidak. Sekalipun itu sebagai ungkapan analogika saja. Menganalogikan makmum masbuk pada peristiwa hadirnya Prabowo menjelang penyusunan personil kabinet tidak tepat.

Coba kita perhatikan, shalat berjamaah sudah bubar dan tak ada kegiatan ibadah di masjid, lalu Prabowo datang. Patutkah ia disebut sebagai makmum. Untuk mengambil posisi di barisan saf saja tak sempat, apa lagi berucap kalimat lainnya.

Jadi, tidak bisa dianalogikan seperti itu. Mengingat lagi kegiatan di masjid sudah berakhir. Tepatnya, masa kampanye Pilpres sudah terlewati. Ibarat pertandingan sepakbola, kalaupun ada injury time, Prabowo tak punya peluang lagi untuk merumput di lapangan hijau. Pertandingan sudah usai.

Lagi-lagi memang Cak Imim sepertinya tak ikhlas Gerindra masuk kabinet Jokowi. Dan Prabowo pun sadar bahwa pertemuannya ke markas PKB tidak untuk minta belas kasihan. Hanya sebagai lobi. Ia wajib memperjuangkan partainya. Tentang hasilnya, itu soal lain.

Prabowo sebelumnya juga menemui Ketua Umum Nasdem Surya Paloh. Setelah menjumai Cak Imin, hari berikutnya menemui Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto di kantor DPP Golkar di Jalan Anggrek Neli Murni, Slipi, Jakarta Barat.

Apakah lobi melalui safari politik yang dilakoni Prabowo membuahkan dukungan, kita belum tahu persis. Demikian juga jadi atau tidaknya Partai Gerindra mempunyai wakil di pemerintahan mendatang, sangat tergantung dari sikap Jokowi.

Politik memang dinamis. Belakangan terbaca partai koalisi Jokowi telah mengeluarkan sinyal untuk menerima Partai Gerindra bergabung. Sepakat, semua keputusan penting diserahkan sepenuhnya kepada Jokowi. Dan, menerima respons positif seperti itu, Prabowo buru-buru menyatakan, akan menyerahkan keputusan tersebut kepada Jokowi.

Bagi Prabowo memang bukan soal makmum masbuk, tetapi terpenting bagaimana ke depan dapat "kue" kekuasaan di pemerintahan. Itulah pentingnya ketua partai dalam memperjuangkan kadernya. Sibuk melakukan safari politik itu wajib dijalani meski waktu semakin mepet.

Namun jika kader Gerinda, termasuk Prabowo sendiri, disebut menjadi makmum masbuk di kabinet kerja Jokowi II, dapat dipastikan itu tak bakal ditolaknya. Penting masuk barisan pemerintah.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun